HaiBunda

PARENTING

Dampak Sering Memarahi Anak dan Cara Meredamnya

Yuni Ayu Amida   |   HaiBunda

Minggu, 09 Jun 2019 15:00 WIB
Dampak Sering Memarahi Anak dan Cara Meredamnya /Foto: istock
Jakarta - Marah adalah salah satu bentuk emosi yang ada dalam diri manusia. Emosi ini sebenarnya wajar karena tidak mungkin ada manusia yang tidak pernah marah. Namun, jika sudah berlebihan, bisa menimbulkan hal yang berbahaya lho, Bun.

Menurut Herman Yulianto, S.Psi, dalam bukunya yang berjudul 'Mau Sehat? Hilangkan Sikap Burukmu!', mudah mengumbar emosi atau sering marah-marah tergolong sikap yang tidak wajar. Terlebih jika kemarahan itu diungkapkan secara meledak-ledak.

"Kemarahan sebaiknya diungkapkan sewajarnya atau tidak berlebihan. Sebab kemarahan yang menjadi-jadi bisa berakibat fatal bagi diri pelakunya," tulis Herman.

Lebih lanjut, Herman menjelaskan bahwa sikap marah tidak jauh beda dengan musuh dalam selimut. Jika dibiarkan, marah bisa merusak berbagai hal bahkan berdampak bagi orang-orang di sekitar.

Foto: Ilustrasi/ Thinkstock
Ilustrasi marah


Penelitian para ahli pun mengungkapkan, orang yang tidak mampu mengendalikan amarah berisiko terkena serangan jantung, stroke, kerusakan paru-paru, serta penurunan daya tahan tubuh.

Karena dalam keadaan marah, paru-paru seorang melebarkan kapasitasnya untuk menghirup oksigen lebih banyak dari biasanya. Nah, karena inilah orang yang sering marah berpotensi terserang asma serta mengalami penurunan fungsi paru-paru.

Tidak ada asap jika tidak ada api ya, Bun? Begitu pula dengan marah, pasti ada penyebab atau pemicunya. Menurut ulasan eHow, ada beberapa hal yang bisa jadi pemicu orang mudah marah yakni stres, kurang tidur, kondisi medis, masalah emosional, interaksi obat, serta gen dalam tubuh.

Sedangkan bagi orang tua, bisa jadi tingkah anaknya yang bandel memicu kemarahan. Namun, dikatakan psikolog dari Yayasan Sahabatku, Fajriari Maesyaroh, saat menghadapi anak yang 'bandel', ada beberapa hal yang harus Bunda ingat yakni mengenali emosi, time out, dan rileks sebelum kembali menghadapi anak.

"Jadi kalau kita punya emosi negatif, entah itu marah, sedih, kecewa, takut, terima saja dulu. Terima, sadari, resapi. Beri label 'Oh sekarang saya sedang marah'," ujar psikolog yang akrab disapa Fajri, dikutip dari detikcom.


Setelah mampu mengenali emosi tersebut, kata Fajri, Bunda harus memikirkan bagaimana cara menyalurkannya agar tidak melukai fisik maupun batin anak.

Lalu, Bunda juga harus mengendalikan diri agar emosi tersebut tidak menyebar ke lingkungan lain. Nah, saat jeda itu, lakukan kegiatan yang membuat rileks, seperti mandi, atau tiduran sejenak.


(yun/muf)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Apakah Boleh Berhubungan Intim Setelah Masa Ovulasi?

Kehamilan Asri Ediyati

50 Kata-kata Deep dari Film dan Drama Korea untuk Media Sosial

Mom's Life Amira Salsabila

Melaney Ricardo hingga Olivia Sumargo Unboxing Suvenir Nikah Luna & Maxime, Isinya Ada Coffee Maker

Mom's Life Annisa Karnesyia

9 Cara Membunuh Belatung di Tempat Sampah

Mom's Life Amira Salsabila

Momen Miskah Melahirkan Ditemani Keluarga Dr Yislam, Pak Muh Berdoa & Fadil Jaidi Nangis

Kehamilan Nadhifa Fitrina

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

50 Kata-kata Deep dari Film dan Drama Korea untuk Media Sosial

Apakah Boleh Berhubungan Intim Setelah Masa Ovulasi?

14 Drama Korea Thriller Terbaru 2025, Rating Tinggi dan Menegangkan

9 Cara Membunuh Belatung di Tempat Sampah

Ketahui Tingkat Bilirubin Normal Bayi Baru Lahir

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK