Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Bunda, Ini 6 Alasan Balita Marah Suka Pukul Diri Sendiri

Melly Febrida   |   HaiBunda

Senin, 27 Jul 2020 13:49 WIB

Ilustrasi tantrum pada balita
Ilustrasi/Foto: Thinkstock
Jakarta -

Menghadapi anak yang marah itu enggak mudah ya Bun. Apalagi kalau anak sampai memukul. Entah memukul Ayah atau Bunda, saudaranya, hingga memukul diri sendiri.

Memang, cara itu untuk mengekspresikan kemarahannya. Tapi, apa wajar kalau anak marah sampai memukul dirinya sendiri?

Anak memukul dirinya ketika marah itu sepertinya jarang terjadi, tapi ada beberapa anak yang melakukannya. Bunda tak perlu panik, ada berbagai alasan anak balita melakukannya. Alasannya tergantung masing-masing anak, jadi tidak ada satu jawaban yang menjadi tolak ukur buat semuanya.

Dikutip dari Romper, ketika anak memukul dirinya sendiri, cobalah perhatikan keadaan sekitarnya, perhatikan perilakunya secara teratur, sebelum dan sesudah kejadiannya. Ingat juga pengaruh luar.

Berikut ini beberapa alasan yang mungkin membuat anak memukul dirinya sendiri:

1. Masalah perkembangan motorik

Alyssa Wilkins, seorang terapis yang berspesialisasi dalam pengembangan anak usia dini dan autisme, memberi tahu bahwa pukulan itu bisa saja terkait perkembangan motorik. Balita itu belajar koordinasi motorik saat mereka tumbuh. 

"Mungkin saja anak itu memukul diri mereka sendiri karena ketidakseimbangan alami dalam mempelajari pola motorik," kata Wilkins

2. Keinginan untuk input sensorik

Anak mungkin memukul diri sendiri untuk merasakan sesuatu secara fisik. Terapis kerja Rivkie Berger dari Fun and Function menjelaskan memukul diri sendiri dapat memberi sentuhan-sentuhan pada kulit atau memberikan input tekanan proprioseptif/dalam yang tidak efektif pada sendi atau otot.

Bunda bisa memperbaikinya dengan memastikan anak-anak mendapatkan jenis input sensorik yang tepat, yang membuatnya lebih tenang.  

"Melompat di trampolin dapat memberikan input tekanan yang dalam. Menggunakan roller pijat busa dapat memberikan input sentuhan dan proprioseptif. Selain itu, rompi kompresi, tikar taktil, dan sikat sensorik juga memberikan input sensorik kepada anak-anak," kata Berger.

3. Belum tahu cara mengungkapkan kemarahan dengan benar

Jika seorang balita yang memukul diri sendiri karena mereka marah, ini satu-satunya cara mengekspresikan kemarahan yang ia tahu. Sebagai orang tua, Bunda harus mengajari cara mengungkapkan kemarahan dengan benar. 

Nicole Arzt, terapis perkawinan dan keluarga berlisensi, mengatakan balita belum dapat mengungkapkan secara verbal emosi atau kebutuhan mereka. Akibatnya, ketika balita marah, mereka mungkin memukul diri mereka sendiri untuk mengekspresikan atau menghilangkan rasa frustrasi itu. 

"Anak-anak sering bertindak ketika mereka merasa dibatasi. Beberapa anak memilih untuk bertindak dalam bentuk melukai diri sendiri," kata Arzt.

Loving mum holding her adorable baby girlIlustrasi/ Foto: iStock

4. Stres

Memukul merupakan tindakan untuk mengurangi stres. Karena itu, sebagai orangtua, Bunda harus mengajari cara mengatasi stres yang lebih efektif.

"Sama seperti orang dewasa yang sering berjuang mengatasi stres, balita juga bisa melakukannya," kata Arzt.  

5. Sakit fisik

Bunda, ini penting untuk diingat bahwa balita bisa saja memukul diri sendiri ketika merasa sakit.

"Saya melihat balita memukul diri mereka sendiri ketika mereka merasa fisiknya sakit, seperti terbakar sinar matahari, infeksi telinga, tumbuh gigi, dan sakit perut," kata Arzt.

"Jika mereka terus memukul diri sendiri di tempat yang sama, ini bisa menjadi tanda mereka sedang berkomunikasi di mana rasa sakit itu berada " imbuhnya.

6. Ingin perhatian

Balita sangat pandai ketika menyadari perilakunya segera menarik perhatian Bunda. Namun, ini bukan berarti Bunda harus mengabaikan anak ketika memukul diri sendiri karena dapat membahayakan.

"Mereka mungkin juga memukul diri mereka sendiri untuk diperhatikan karena mereka tahu orang tua mereka akan memperhatikan atau menghibur mereka," kata Wilkins. 

Pendiri Situs Gentle Parenting Sarah Ockwell-Smith, dalam bukunya The Gentle Discipline, mengatakan bahwa untuk mengatasi anak yang suka memukul atau melempar, kuncinya adalah menemukan dan mengatasi pemicunya, Bun. Selain itu, menerima emosi anak dan membantu mereka untuk meredakannya dengan cara yang lebih pas.

Fokus utama orang tua kurangi dulu kemungkinan kerusakan yang terjadi dengan menjauhkan anak. Saat anak sudah tenang, ajak mereka bicara dan biarkan mereka mengungkapkan emosinya," tutur Ockwell-Smith.

Simak juga video tips Eriska Rein saat anak mogok sekolah:

[Gambas:Video Haibunda]



(kuy/kuy)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda