parenting
Mengetahui Pentingnya Imunisasi DPT untuk Anak
Selasa, 29 Sep 2020 15:21 WIB
Sebagai orang tua tentunya ingin melihat anaknya tumbuh baik dan tetap dalam kondisi yang sehat. Salah satu langkah untuk mencegah agar si kecil tidak mudah terserang penyakit, yaitu dengan imunisasi, Bunda.
Imunisasi adalah salah satu cara untuk menciptakan kekebalan tubuh terhadap beberapa penyakit dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Sehingga, tubuh membuat zat anti untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan.
Ketika vaksin dimasukkan, maka dapat merangsang pembentukan imunitas di dalam tubuh, Bunda. Mengutip HealthLine, vaksin bekerja dengan meniru infeksi penyakit tertentu (tetapi bukan gejalanya) di dalam tubuh. Ini mendorong sistem kekebalan untuk mengembangkan senjata yang disebut antibodi.
Antibodi ini melawan penyakit yang seharusnya dicegah oleh vaksin. Dengan tubuh yang sekarang siap untuk membuat antibodi, sistem kekebalan tubuh anak dapat mengalahkan infeksi penyakit di masa depan.
Senada dengan itu, berdasarkan laman Health Direct, imunisasi adalah cara yang sederhana, aman dan efektif untuk melindungi anak dari penyakit tertentu. Sebab, sistem kekebalan pada anak tidak bekerja sebaik sistem kekebalan pada orang dewasa karena masih belum matang. Karena itu, dibutuhkan lebih banyak dosis vaksin.
Di samping itu, imunisasi tidak serta merta dapat diberikan sekaligus, Bunda. Masing-masing diberikan sesuai dengan timeline imunisasi yang telah dijadwalkan. Misalnya imunisasi campak yang diberikan dalam beberapa tahap, dan mulai diberikan ketika usia si kecil menginjak 9 bulan.
![]() |
Imunisasi DPT
Nah Bunda, salah satu imunisasi yang tidak kalah pentingnya untuk anak adalah imunisasi DPT. Ini diberikan demi mencegah penyakit difteri. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin yang terdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi.
Seperti yang diketahui, difteri merupakan penyakit yang menular dan menyerang terutama pada saluran pernapasan. Difteri menyebabkan infeksi tenggorokan berat yang dapat menyebar ke jantung dan sistem saraf.
Pertusis disebabkan oleh bakteri bordetella pertusis yang menyebabkan batuk berat dan lama, dengan komplikasi yang berbahaya bila tidak ditangani dengan baik. Penyakit ini juga dikenal dengan sebutan batuk rejan.
Sementara itu, tetanus adalah penyakit bakteri berbahaya yang dapat menyebabkan kejang otot dan sakit yang luar biasa. Meskipun ketiga penyakit tersebut berbeda, namun masing-masing memiliki risiko kematian yang tinggi.
Vaksin difteri terbuat dari toksin kuman difteri yang telah dilemahkan (toksoid), biasanya diolah dan dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT. Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan, kemudian dimurnikan.
Berdasarkan buku yang berjudul 'Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan (2008)', ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid).
Pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi DPT diberikan melalui intramuskular.
Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan, seperti terjadi pembengkakan ataupun rasa nyeri pada tubuh. Sedangkan efek berat, misalnya kesadaran menurun hingga membuat anak menjadi rewel atau menangis.
Cara pemberian imunisasi dpt
Center for Disease Control (CDC) atau Departemen Kesehatan di Amerika merekomendasikan untuk memberikan vaksin DPT. CDC merekomendasikan imunisasi pada usia berikut:
- 2 bulan
- 4 bulan
- 6 bulan
- 15 sampai 18 bulan
- 4 sampai 6 tahun
Sementara mengutip laman resmi Ikatan Dokter Anak indonesia (IDAI), imunisasi DPT diberikan tiga kali sebagai imunisasi dasar. Imunisasi dasar anjuran IDAI ini diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
Kemudian dilanjutkan dengan imunisasi ulangan atau booster satu kali dengan interval 1 tahun setelah DPT ketiga atau pada usia 18 bulan. Pada usia 5 tahun atau sebelum masuk sekolah kembali diberikan imunisasi DPT ulangan (booster kedua).
Apabila imunisasi DPT terlambat diberikan, berapa pun interval keterlambatannya, jangan mengulang dari awal, tetapi melanjutkan imunisasi sesuai jadwal.
Bila anak belum pernah diimunisasi dasar pada usia kurang dari 12 bulan, lakukan imunisasi sesuai imunisasi dasar baik jumlah maupun intervalnya. Bila pemberian DPT ke-4 sebelum ulang tahun ke-4, pemberian ke-5 paling cepat diberikan 6 bulan sesudahnya. Bila pemberian ke-4 setelah umur 4 tahun, pemberian ke-5 tidak diperlukan lagi.
Setelah itu, dianjurkan melakukan imunisasi ulangan Tetanus, Difteri, dan Pertusis (Tdap), yang direkomendasikan dilakukan setiap 10 tahun.
Simak juga Bunda, apa yang harus dilakukan jika anak terlambat imunisasi pada video berikut: