Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

5 Kemampuan yang Perlu Diasah Orang Tua agar Anak Punya EQ Tinggi

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Sabtu, 10 Oct 2020 10:14 WIB

ilustrasi ibu dan anak
5 Kemampuan yang Perlu Diasah Orang Tua agar Anak Punya EQ Tinggi/ Foto: iStock
Jakarta -

Sebagian besar orang masih mendamba-dambakan anak memiliki kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi. Banyak yang lupa bahwa kecerdasan emosional (EQ) juga penting.

Penelitian menunjukkan bahwa anak muda dengan EQ tinggi (yang berarti kecerdasan emosional), mendapatkan nilai yang lebih baik, tetap bersekolah hingga ke jenjang pendidikan tinggi, dan membuat pilihan yang lebih sehat.

Dengan kata lain, ada manfaat nyata dan praktis dari mengembangkan kecerdasan emosional pada anak-anak kita, Bunda. Dilansir Parents, ternyata EQ tidak dimiliki anak begitu saja.

Dengan memupuk kecerdasan emosional pada anak-anak menuntut orang tua untuk memiliki tujuan bagaimana anak-anak kita kelak di masa depan. Nah, kabar baiknya memupuk EQ ini bukan 'ilmu roket', tetapi membutuhkan 'peta jalan'.

Menurut Daniel Goleman, salah satu orang pertama yang meningkatkan kesadaran kecerdasan emosional dan penulis "Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ," ada lima kemampuan yang perlu Bunda asah. Berikut penjelasannya:

1. Kesadaran diri (self awareness)

Kesadaran diri membantu anak memahami bagaimana tindakan mereka dianggap oleh orang lain, mengetahui kapan harus menggunakan kekuatan (serta kapan harus mundur), dan bagaimana menemukan area atau hal yang perlu ditingkatkan.

Untuk melatihnya, Bunda bisa:

- Beri label emosi anak. Mungkin sulit bagi anak-anak untuk membicarakan emosi mereka jika mereka tidak dapat memikirkan kata-kata yang tepat. Mulailah percakapan tentang perasaan mereka, serta perasaan orang lain. Gunakan kata kunci deskriptif seperti "sedih", "kesal", dan "kecewa".

- Berikan umpan balik. Saat memberikan umpan balik tentang apa yang anak bisa habiskan banyak waktu untuk mengerjakannya, pikirkan baik-baik tentang pilihan kata. Jika Bunda terlalu kritis atau kasar dapat dengan mudah menyebabkan mereka mengalami putus asa.

- Menunjukkan ketertarikan. Untuk meningkatkan kepercayaan diri dan harga diri, beri tahu mereka bahwa Bunda peduli dengan perasaan mereka dan bahwa apa yang mereka katakan itu penting.

2. Mengatur diri (self regulation)

Mengatur diri membantu anak mengarahkan perilaku yang menuju suatu tujuan, terlepas dari ketidakpastian dan perasaan anak.

Untuk melatihnya, Bunda bisa:

- Berikan petunjuk jelas dan konstruktif. Saat mengatur emosional diperlukan, hindari pernyataan yang tidak jelas, misalnya, 'Hentikan!'' dan pertanyaan retoris (misalnya, "Mengapa Anda selalu melakukan itu?"). Ini karena lebih cenderung diabaikan atau disalahpahami. Sebaliknya, gunakan nada yang konstruktif dan mendukung.

- Bicarakan tentang cara untuk mengatasinya. Mungkin Bunda tak tahan, ingin selalu memberi tahu anak dengan tepat bagaimana menangani situasi yang membuat stres. Namun, penting juga bagi mereka untuk berlatih memikirkan cara mereka sendiri untuk mengatasinya, meskipun tidak berhasil.

-Ciptakan rutinitas harian. Menjaga konsistensi dalam kehidupan sehari-hari adalah kunci untuk mengembangkan regulasi diri. Ini juga membantu memberikan struktur, makna dan tujuan dalam apa yang mereka lakukan.

3. Motivasi

Motivasi meningkatkan upaya anak, membantu anak mengambil tindakan, dan menjadi lebih produktif. Lebih penting lagi, itulah yang membuat anak terus menghadapi tantangan yang ekstrem.

Untuk melatihnya, Bunda bisa:

- Merasa antusias pada anak. Jika anak melihat bahwa Bunda benar-benar antusias tentang sesuatu, mereka akan cenderung merasa lebih termotivasi.

- Ciptakan lingkungan yang mendukung. Tetap waspada terhadap beberapa 'lubang' berbahaya dalam mengasuh anak, seperti menuntut kesempurnaan, terlalu reaktif, tersandung rasa bersalah, dan level kesabaran yang rendah.

- Bantu anak menghadapi kesulitan. Biarkan anak-anak membuat pilihan sendiri dan menghadapi konsekuensinya. Di sinilah mereka akan benar-benar tumbuh dan belajar membuat keputusan yang lebih cerdas.

4. Empati

Berempati tidak hanya tentang memahami emosi orang lain, tetapi juga tentang kemampuan untuk mengekspresikan kepekaan terhadap mereka. Anak-anak yang memiliki empati lebih mudah memberikannya kepada orang lain.

Untuk melatihnya, Bunda bisa:

- Dengarkan anak secara aktif. Salah satu cara paling efektif untuk mengajarkan empati adalah dengan mencontohkannya sendiri, misalnya kontak mata dan biarkan mereka berbicara menyatakan pendapat.

- Curhat perasaan Bunda sendiri. Jangan menaruh semua perhatian pada anak. Ciptakan lingkungan yang mengungkapkan keterkaitan dengan berbagi perasaan dalam situasi serupa.

- Bicarakan tentang perspektif lain. Ini akan membantu anak-anak melepaskan diri dari kebiasaan umum yang hanya mempedulikan pikiran dan emosi mereka sendiri.

5. Keterampilan sosial

Keterampilan sosial merupakan bagian integral dari fungsi dalam masyarakat. Keterampilan sosial membantu anak menciptakan interaksi yang sehat dan positif baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.

Untuk melatihnya, Bunda bisa:

- Dorong anak punya pengalaman baru. Meskipun ini mungkin terasa tidak nyaman pada awalnya, anak mungkin akan menyukainya dan, dalam prosesnya, mempelajari hal-hal baru tentang diri mereka sendiri.

- Diskusikan apa yang diharapkan. Untuk membantu mereka terlibat dalam perilaku positif, ingatkan mereka tentang apa yang diharapkan dalam situasi tertentu dan berbagai cara mereka dapat merespons

- Tunjukkan bahasa tubuh. Ini adalah cara yang efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial anak, karena anak atau bahkan orang dewasa tidak selalu mengungkapkan perasaannya secara lisan.

Simak juga aktivitas seru Widi Mulia dan anak selama di rumah saja:

[Gambas:Video Haibunda]



(aci/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda