Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Duh, Youtuber Anak Unboxing Junk Food Tingkatkan Konsumsi Makanan Tak Sehat

Melly Febrida   |   HaiBunda

Kamis, 12 Nov 2020 07:40 WIB

Pizza Time
Pengaruh Youtuber unboxing junk food makanan anak-anak/ Foto: Getty Images/vitapix

Jakarta - Anak-anak jaman now banyak yang jadi Youtuber yang juga top influencer dengan jutaan pengikut. Enggak hanya mainan yang di-review, sejumlah makanan juga seperti junk food dan minuman manis mereka jadikan content YouTube. Ini sama saja dengan memasarkan makanan tidak sehat kepada anak-anak lain. Sehingga mengaburkan batas antara iklan dan hiburan.

Junk food adalah istilah umum untuk semua jenis makanan olahan. Biasanya makanan ini mengandung tinggi lemak, gula, garam, tetapi relatif rendah nutrisi penting seperti protein, serat, vitamin dan mineral.


"Junk food dapat menjadi padat energi baik dari gula atau lemak, sehingga selain donat dan permen, junk food bisa mencakup banyak makanan berlemak tinggi yang populer, termasuk fast food dan camilan," kata dokter anak Vincent Iannelli, dikutip dari Very Well Family.

Menurut studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics, para YouTuber populer ini memasukkan produk makanan tidak sehat ke dalam videonya.

"Kita harus mendekati video influencer YouTube dengan skeptisisme, bahkan dengan video yang tampaknya mendidik atau ramah anak," kata penulis senior Marie Bragg, asisten profesor nutrisi kesehatan masyarakat dengan janji bersama di Sekolah Kesehatan Masyarakat Global dan Universitas New York, Langone Medical Center, dikutip CNN.

Hal ini membuat kelompok dokter menyerukan undang-undang untuk mengatur iklan digital dan pengaruhnya terhadap anak-anak.

Di samping itu, para peneliti juga mempelajari video dari lima influencer teratas yang paling banyak ditonton di YouTube pada tahun 2019, yang berusia antara tiga dan 14 tahun.  Dari 418 video yang termasuk dalam penelitian ini, peneliti mencatat bahwa 179 video menampilkan makanan dan minuman, dengan 90 persen di antaranya menunjukkan barang-barang bermerek tidak sehat, seperti makanan cepat saji.

 “Pemasaran semacam ini adalah wilayah yang belum dipetakan untuk keluarga dan peneliti,” kata Bragg.

Melacak jenis iklan makanan apa yang diekspose kepada anak-anak itu penting.  Itu karena menurut penelitian sebelumnya, kebiasaan makan selama masa kanak-kanak dapat berdampak signifikan pada kemungkinan  menjadi gemuk atau mengembangkan penyakit kardiovaskular, serta diabetes tipe 2 di kemudian hari, 
 

Salah satu aspek terpenting dari studi ini, kata Bragg, pembawa acara YouTube yang paling populer di bawah 18 tahun sering mempromosikan produk secara langsung, dan anak-anak sering kali terpaku dengan pesan yang disampaikan.


Para orang tua mungkin mengira anak-anaknya sedang menonton anak lain bermain, bukannya anak-anak yang mempromosikan junk food yang berbayar.

Apalagi dengan kondisi pandemi seperti ini, kata Bragg, waktu anak-anak menonton layar jadi meningkat. Sementara orang tua sibuk dengan pekerjaan dan aktivitas lainnya. Ini merupakan salah satu fakta yang dimanfaatkan pengiklan ini.

Jika memungkinkan, dia merekomendasikan agar orang tua membatasi jumlah waktu yang dihabiskan anak mereka untuk menonton YouTube, bahkan untuk konten yang tampak ramah anak atau mendidik.  Dan Bragg berpendapat bahwa dokter anak dapat membantu memberi tahu orang tua tentang cara pemasaran dapat disamarkan sebagai hiburan.

"Paparan anak terhadap makanan, minuman, dan konten lain yang tidak sehat di YouTube perlu diatur,” kata Dr. Jenny Radesky, penulis utama pernyataan kebijakan American Academy of Pediatrics tentang iklan digital untuk anak-anak. Meski Radesky tidak terlibat dalam penelitian tersebut, ia memiliki pandangan yang sama terhadap bahaya konten YouTube tentang review makanan tidak sehat.

Salah satu jenis utama video influencer YouTube, yang menampilkan makanan, adalah fenomena yang dikenal sebagai "video unboxing". Orang-orang membuka kotak produk sambil menceritakan atau mengomentari apa yang mereka lakukan.  Video dapat langsung mengaburkan garis antara ulasan produk dan iklan.

"Meskipun ekosistem digital dewasa didorong oleh pendapatan iklan dan desain persuasif, itu tidak berarti  ruang digital anak-anak harus demikian," tambah Radesky, yang juga asisten profesor pediatri di University of Michigan.

Apabila anak menggunakan YouTube atau YouTube Kids, kata Radesky, anak-anak akan menjadi target banyak pemasaran yang mungkin tidak mereka pahami. Anak-anak mungkin sangat dipengaruhi oleh YouTuber favorit mereka.

"Video pada dasarnya adalah iklan. Bantu mereka menjadi lebih paham," jelasnya.


Juru bicara YouTube, mencatat bahwa perusahaan telah berinvestasi dalam pembuatan aplikasi YouTube Kids, yang tidak mengizinkan konten promosi berbayar dan memiliki pedoman yang jelas yang membatasi kategori seperti makanan dan minuman dari iklan di aplikasi. 

Tentu saja, dalam persyaratan layanan untuk aplikasi YouTube, secara umum, menyatakan bahwa anak-anak harus mendapatkan izin dari orang tua atau wali sebelum menggunakan aplikasi tersebut.

Selain membatasi konsumsi junk food, simak juga yuk makanan yang bantu mencerdaskan otak anak dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]




(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda