Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

6 Mitos & Fakta Perawatan Bayi Baru Lahir, Bedong Bisa Cegah Kaki Bengkok?

Hilda Irach   |   HaiBunda

Senin, 21 Dec 2020 19:03 WIB

Mother gently placing her sleeping newborn baby in the bassinet wrapped tightly in a forest green swaddle.
Mitos dan fakta bayi baru lahir/ Foto: Getty Images/FatCamera

Kelahiran buah hati tentunya mengisi kebahagiaan baru di tengah keluarga kecil ya, Bunda. Menjadi orang tua baru menjadi pengalaman yang menyenangkan sekaligus menantang. Tapi, di tengah kebahagiaan ini, kadang kita dibuat dibuat bingung dan khawatir mengenai cara merawat bayi baru lahir yang tepat.

Terlebih, di Indonesia ada banyak sekali mitos seputar kesehatan anak terutama untuk bayi yang baru lahir. Mitos tersebut sudah diwariskan secara turun menurun dari generasi ke generasi.  Bahkan kepercayaan tersebut masih dianut hingga saat ini. Mungkin Bunda dan keluarga salah satunya?

Padahal mitos yang tidak didasari landasan ilmiah tersebut bisa berbahaya bagi kesehatan si kecil. Diantaranya justru bisa menyebabkan sindrom kematian pada bayi mendadak atau  sudden infant death syndrom (SIDS). Kecemasan pada kesehatan si kecil tentu akan bertambah ya, Bunda.

Beberapa mitos yang berkembang di tengah masyarakat di antaranya seputar bedong yang dipercaya mencegah lutut bengkok, pemakaian gurita yang dipercaya dapat mencegah perut kembung atau buncit, hingga perasan kembang telang yang dianggap bisa membuat mata jernih dan bersinar pada sang buah hati.

Nah, sebagai orang tua yang baru,  yuk update ilmu dengan mengetahui mitos dan fakta tentang bayi yang baru lahir. Berikut ini mitos dan fakta seputar perawatan bayi yang baru lahir berikut ini:

1. Bedong mencegah lutut bengkok

Orang tua sering kali merasa cemas akan bentuk lutut bayinya yang tampak bengkok. Melihat hal tersebut, banyak orang tua yang akhirnya membedong bayinya dengan sangat ketat dengan harapan lutut si kecil akan lurus. Padahal faktanya, hampir semua bayi di dunia ini mempunyai lutut bayi yang bengkok lho, Bunda.

Lutut yang bengkok tersebut disebabkan posisi bayi atau janin yang menyesuaikan diri dalam rongga rahim yang sempit ketika dalam kandungan. Umumnya, lutut bayi akan terlihat bengkok sampai usia tiga tahun.

Namun, jika Bunda dan pasangan terus merasa cemas dan khawatir akan perkembangan lutut si kecil, sebaiknya lakukan pemantauan bersama dokter anak ya.

Terlebih jika lutut si kecil tampak semakin bengkok, kemudian lutut yang satu terlihat lebih bengkok daripada lutut sebelahnya atau asimetris, yang ketiga apabila terdapat gangguan nyeri atau dominasi salah satu lutu saat bergerak, dan yang keempat apabila pertumbuhan tinggi badannya tidak normal.

"Apabila dijumpai salah satu dari tanda bahaya tersebut sebaiknya orang tua berkonsultasi dengan dokter anak," ujar Anastasia, dikutip dari YouTube pribadinya pada senin (14/12/2020).

Bedong atau swaddle merupakan kebiasaan yang sudah berlangsung ratusan tahun. Melansir dari laman Healthharvardedu, ternyata membedong bayi tidak selamanya merugikan lho.

Beberapa manfaat bedong di antaranya akan membuat bayi merasa seperti kembali ke dalam rahim, dan telah terbukti membantu banyak bayi tidur lebih nyenyak.

Namun, masyarakat selama ini mempercayai bahwa bedong harus dilakukan secara ketat agar kakinya lurus. Padahal, bedong ketat bisa menyebabkan dislokasi panggul. Atau lepasnya tulang paha dari sendi panggul, "Hal ini sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kerusakan permanen dan cacat,"tuturnya.

Beberapa penelitian juga menyebutkan bedong juga bisa menyebabkan dampak negatif lho, Bunda. Diantaranya , perkembangan motoriknya terganggu dan menyebabkan masalah kulit seperti iritasi dan biang keringat.  "Bahkan bisa mengakibatkan sindrom kematian bayi mendadak atau sudden infant death syndrom (SIDS)," kata Anastasia.

Nah, jadi bedong tidak bisa mencegah lutut bayi menjadi lurus ya, Bunda. Sebaliknya, bedong yang ketat justru membuat dampak negatif untuk si kecil. Lutut yang abnormal biasanya penyebabnya beragam, Bunda. "Seperti kekurangan vitamin D, kelaianan bawaan yang tidak bisa dicegah dengan pemakaian bedong," tambahnya.

Kalau Bunda dan pasangan tetap ingin membedong bayi yang baru lahir. pastikan bagian atasnya tidak terlalu longgar dan bagian kakinya tidak terlalu ketat atau sempit. Jangan memposisikan bayi yang dibedong tidur tengkurap. Dan yang terakhir, lepaskan bedong setelah bayi bisa berguling, yaitu tepatnya kurang lebih diatas dua bulan agarnya perkembangan motorik dasarnya tidak terganggu.

2. Gurita mencegah perut kembung

Gurita bayi adalah sejenis kain tipis yang biasanya diletakkan atau diikatkan di perut bayi. Mitosnya, kain gurita yang dililitkan ke perut bayi ini bisa mencegah perut kembung dan buncit nih, Bunda. Benarkah demikian?

Faktanya, perut bayi memang umumnya mudah terlihat buncit, Bunda. "Hal ini disebabkan karena struktur kulit dan lemak di sekitar perutnya masih tipis, sehingga pemberian minum sedikit saja bisa membuatnya tampak buncit," ujar Anastasia.

Namun, perut buncit tidak selalu dipersepsikan sebagai kembung ya, Bunda. Penyebab kembung pada bayi sendiri beragam. Diantaranya banyak menelan udara misalnya waktu bayi menangis, batuk, atau teknik menyusui yang salah, pembentukan gas yang berlebih, terutama pada bayi yang mengalami gangguan penyerapan dan infeksi usus, dan bayi yang mengalami sumbatan usus dan gangguan peristaltik usus.

Di antara ke empat faktor penyebab bayi kembung, penyebab pertama umumnya sering terjadi pada bayi. Tetapi, penyebab pertama ini mudah diatasi dan tidak berbahaya kok, Bunda. Namun, para orang tua perlu mewaspadai tanda kembung yang bahaya.

"Tanda kembung yang bahaya adalah, apabila kembung disertai muntah hijau, tidak bisa buang air besar dan tidak buang angin, tinjanya yang berlendir dan berdarah, demam tinggi, rewel berlebihan hingga perut keras dan tegang," kata Anastasia.

Apabila dijumpai salah satu tanda bahaya tersebut, jangan lupa untuk segera berkonsultasi dengan dokter terkait ya, Bunda. Agar segera perawatan intensif.

Jadi pemakaian gurita pada bayi tidak dapat mencegah perut kembung ya, Bunda. Jangan menyimpulkan berbagai macam komplikasi masalah kesehatan lain yang berbahaya untuk si kecil.

Simak mitos dan fakta perawatan bayi lainnya di halaman berikut yuk! 

Banner YouTube SachaFoto: HaiBunda

Ingin membedong bayi? Simak tutorial yang tepat dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]



Koin bisa cegah bayi bodong?

Mother gently placing her sleeping newborn baby in the bassinet wrapped tightly in a forest green swaddle.

Mitos dan fakta bayi baru lahir/Foto: Getty Images/FatCamera

3. Pemakaian koin mencegah pusar bodong

Bunda dan pasangan mungkin bertanya-tanya, mengapa bentuk pusar bayi ada yang bodong atau sedikit keluar dan ada yang masuk ke dalam. Sebenarnya bentuk pusar ini ditentukan oleh tali pusar ketika si kecil berada di rahim nih, Bunda.

Tali pusar yang panjang melilit dengan ketat, umumnya ketika dipotong menimbulkan pusar yang tampak sedikit keluar atau kerap disebut bodong. Sedangkan bentuk tali pusar yang tidak terlalu tegang waktu di dalam rahim, maka ketika dipotong pusarnya akan masuk ke dalam.

Namun, banyak para orang tua jaman dahulu yang meletakkan koin untuk mencegah pusar bodong, atau bahasa medisnya disebut sebagai Hernia Umbilikalis. Pasalnya, pusar bodong adalah kelainan bawaan dimana terdapat kegagalan penutupan sebagian atau seluruh ligamen di belakang cincin umbilikus.

Gejala klinis dari hernia umbilikalis  ini ditandai pusar yang menonjol  ketika si kecil menangis atau mengejan. Namun jangan khawatir bunda, hernia umbilikalis itu sendiri dapat menutup spontan tanpa tindakan operasi sebelum usia 3 tahun, dan 85 persennya bisa menutup pada usia tahun lima tahun.

Jadi koin yang dipercaya mencegah pusar bodong adalah mitos ya, Bunda. Sebab pusar bodong itu sendiri disebabkan kelainan bawaan yang akan menutup sendiri seiring berjalannya waktu.

Justru koin dapat menyebabkan implikasi pada iritasi kulit dan infeksi kulit nih, Bunda. "Dan apabila koin tersebut dipakai sampai bayi berusia cukup besar, bisa berbahaya jika sampai tertelan si kecil," kata Anastasia.

3. Penggunaan empeng bisa menyebabkan gigi anak tonggos

Pemakaian kempeng atau yang disebut pacifier dalam dunia medis, menimbulkan pro dan kontra. Sebab dalam beberapa penelitian, terdapat banyak manfaat empeng. Diantaranya memenuhi kebutuhan mengisap bayi atau non nutritive sucking yang tidak ada hubungannya dengan rasa lapar, bisa menenangkan bayi, bisa mencegah SIDS, serta meredakan rasa nyeri yang ringan. "Misalnya seperti ketika imunisasi atau pengambilan darah," ujar Anastasia.

Namun, beberapa penelitian mengungkapkan sejumlah dampak negatif dari empeng. Seperti bingung puting, penyapihan ASI dini, infeksi telinga tengah, hingga maloklusi dan karies gigi atau yang kerap disebut gigi tonggos pada anak. "Nah, infeksi telinga tengah dan maloklusi ini akan terjadi bila penggunaan empeng dalam jangka waktu yang lama, seperti di atas dua tahun," tutur Anastasia.

Nah, kalau Bunda tetap memutuskan memakaikan empeng untuk si kecil. berikut ini tips yang dibagikan dokter Anastasia, agar kesehatan si kecil tetap terjaga.

Pertama, janganlah mengikat empeng pada ranjang bayi, pada leher atau tangannya karena hal ini bisa membahayakan bayi. Kedua, jangan memberikan empeng sebagai alternatif pengganti rasa lapar atau haus. Ketiga, sapihlah penggunaan empeng antara usia 6 hingga 12 bulan. Hentikan saat bayi berusia dua tahun. Keempat, jaga kebersihan empeng secara berkala. Dan kelima pilihlah empeng yang satu bagian, karena jika memilih yang dua bagian atau lebih bisa menyebabkan risiko bayi tersedak.

Selain itu, jangan mengoleskan apapun pada empeng ya, Bunda. Seperti cairan gula, "Karena hal itu bisa merusak gigi bayi dan menyebabkan caries," tambahnya.

Jadi empeng terbukti bisa membuat gigi tonggos ya Bunda, terutama jika dipakai dalam jangka waktu yang lama seperti lebih dari dua tahun. "Jadi ini bukanlah mitos," kata Anastasia.

4. Sering menggendong bayi menyebabkan bau tangan

Bunda pasti sering mendengar dari kerabat atau keluarga terdekat yang mengatakan bahwa jika bayi sering digendong, bisa menyebabkan bau tangan atau bayi yang manja. Benarkah demikian?

Menurut beberapa penelitian bayi yang menangis berarti membutuhkan sesuatu entah lapar, haus, sakit atau bosan. Bayi justru tidak bisa bersikap manipulatif sampai berusia di atas sembilan bulan, Bunda. Menggendong adalah salah satu bentuk stimulasi dan bayi.

Hasil dari beberapa penelitian dikatakan menggendong bayi dengan metode Kangguru pada bayi prematur, terbukti bisa meningkatkan barat bayi lebih cepat, suhu tubuh yang cenderung lebih stabil, denyut jantung yang teratur dan mengurangi tangisan pada bayi.

Dari banyak penelitian juga disebutkan bahwa menggendong bisa meningkatkan interaksi dan bonding antara bayi dan pengasuhnya,  meningkatkan rasa aman, percaya dan saling mengenal pada pengasuhnya, dan pada akhirnya bisa membuat bayi menangis lebih jarang serta perkembangan mental yang lebih baik.

Sehingga kesimpulannya,  bayi yang sering digendong tidak menyebabkan bau tangan. "Bau tangan atau sikap manja bukanlah perilaku yang bisa dipelajari bayi ketika umurnya di bawah sembilan bulan," ujar Anastasia.

5. Meneteskan perasan kembang telang dapat membuat mata anak jernih

Melihat mata si kecil yang berwarna kekuningan membuat risau ya, Bunda. Mendengar mitos dari kerabat atau keluarga yang meneteskan perasan kembang telang untuk membuat mata si kecil menjadi jernih pasti membuat Bunda tertarik. Namun, apakah  mitos ini benar?

Pada bagian bola mata  terdapat sclera yang normalnya berwarna putih. Tetapi, pada beberapa bayi dapat dijumpai pula sclera yang berwarna kuning." Hal ini biasanya dijumpai pada bayi yang mengalami penyakit kuning," kata Anastasia.

Warnaa sclera bayi juga bisa terlihat berwarna kebiruan nih, Bunda, "Misalnya bayi yang mengalami kelainan genetik atau osteogenesis imperfecta," tuturnya.

Nah, orang tua seringkali meneteskan perasan kembang telang dengan harapan mengembalikan warna mata yang jernih pada si kecil. Faktanya, warna kuning mata bayi disebabkan penumpukan bilirubin di dalam darah.

Namun, perlu diperhatikan ya Bunda. Sebanyak 50 hingga 60 persen bayi mengalami kuning yang normal. "Jadi bayi kuning tidak berarti abnormal," tegasnya.

Pada umumnya, warna kuning yang abnormal, ditandai dengan munculnya perubahan warna  sebelum usia 1x24 jam,  kuning yang menetap lebih dari dua minggu, bayi yang demam, lemas, malas menyusui disusul dengan kejang, dan bayi yang tinjanya dempul pucat atau urine seperti warna teh. Jika Bunda mengalami salah satu tanda-tanda tersebut, segera konsultasikan ke dokter anak untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Jadi perasan kembang telang tidak bisa menjernihkan mata pada si kecil ya, Bunda. "Justru ini bisa menyebabkan reaksi radang dan infeksi mata, sehingga perlu dihindari," tambahnya.

Nah, itu dia beberapa mitos dan fakta yang berkembang di tengah masyarakat. Semoga penjelasan yang diberikan dari dokter Anastasia bisa membantu ya, Bunda. Sebarkan informasi yang bermanfaat ini ke orang lain agar menghindari kesalahan informasi yang membahayakan bagi kesehatan si kecil.

 


(rap/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda