
parenting
SOS Children's Villages, Kampung yang Lindungi Anak dari Ancaman Kehilangan Pengasuhan
HaiBunda
Kamis, 22 Apr 2021 11:00 WIB

Setuju ya, Bunda, kala anak menjadi garda terdepan masa depan bangsa. Oleh karenanya, penting untuk memastikan anak-anak mendapat perawatan serta pengembangan yang baik selama masa pertumbuhannya. Hal tersebut pun menjadi hak yang penting untuk dipenuhi.
Di samping itu, saat ini masih banyak anak-anak yang kurang beruntung. Sehingga, SOS Children's Villages pun turun tangan untuk menanggapinya dan mengajak para volunteer yang turut peduli dengan hal tersebut.
Untuk Bunda ketahui, SOS Children's Villages merupakan adalah organisasi sosial nirlaba non-pemerintah. Organisasi ini aktif dalam mendukung hak dan berkomitmen memberikan keluarga dan rumah dengan penuh kasih sayang, lho. Di mana, hal tersebut dinilai sebagai kebutuhan utama anak-anak.
"Setiap anak di dunia berhak mendapatkan keluarga yang stabil, rumah yang aman, perawatan medis yang berkualitas, dan pendidikan."
"Kami percaya bahwa setiap anak berhak mendapatkan rumah yang penuh kasih sayang. Kami menguatkan keluarga yang beresiko hancur berantakan dengan memberikan dukungan yang mereka butuhkan untuk tumbuh kuat dan tetap bersama," demikian isi kutipan dari laman sos.or.id pada Rabu (21/4/2021).
SOS Children's Villages sendiri didirikan oleh Hermann Gmeiner, yakni seorang mahasiswa kedokteran yang hatinya tergerak ketika melihat banyaknya anak yang terlantar dan kehilangan hak pengasuhan karena Perang Dunia ke-2.
Hermann lalu mendirikan organisasi ini pada 1949. Dan di tahun yang sama, peletakan batu pertama juga dilakukan untuk SOS Children's Villages di Imst, Austria.
Di Indonesia, SOS Children's Villages sudah ada sejak tahun 1972. Hal ini dimulai sejak Agus Prawoto, seorang tentara yang sedang bertugas di Austria yang secara seketika jatuh hati dengan program pengasuhan ini. Kemudian ia mendirikan village pertama di Lembang, Bandung pada 1972.
Kemudian, disusul dengan pembangunan village kedua di Cibubur, Jakarta pada tahun 1984. Lalu yang ketiga di Semarang, selanjutnya di Tabanan, Bali, hingga village kedelapan yang dibangun sebagai respons dari bencana tsunami di Flores dan Aceh.
Tak hanya dibentuk sebagai 'kampung', SOS Children's Villages ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang bagi aktivitas anak lho, Bunda. "Kami mempunyai lebih dari 571 SOS Villages di seluruh dunia. Desa-desa ini lengkap dengan rumah tempat tinggal dan pusat aktivitas anak-anak, serta akses untuk fasilitas medis, sekolah, dan area bermain untuk anak-anak kami tumbuh di lingkungan yang aman dan nyaman."
Selama pandemi COVID-19, SOS Children's Villages juga turut melakukan beberapa upaya psikologi agar anak-anak tetap baik, Bunda. Karena seperti yang kita ketahui, pandemi memaksa anak untuk diam di dalam rumah menjadi hal yang berat bagi mereka.
Apa yang SOS Children's Villages lakukan untuk mengatasi masalah psikologi anak dalam hal tersebut? Simak di halaman berikut ya, Bunda.
Bunda, simak juga bagaimana reaksi anak Maissy saat lihat bundanya jadi penyanyi cilik di YouTube dalam video berikut:
UPAYA SOS CHILDREN'S VILLAGES INDONESIA ATASI MASALAH PSIKOLOGI ANAK SELAMA PANDEMI COVID-19
SOS Children's Villages Indonesia/Foto: Instagram @desaanaksos
Seperti yang kita ketahui, pandemi COVID-19 menjadi tantangan serta lawan terbesar selama setahun terakhir ya, Bunda. Di mana, hal ini tak hanya berdampak pada perekonomian bangsa, namun turut menjadi perhatian bagi psikologis siapapun.
Selama setahun lebih, kita dipaksa untuk tetap berada di dalam rumah. Hal ini menjadi upaya yang perlu dilakukan demi menekan angka penyebaran virus yang terus meningkat.
Dampak psikologi tentu menjadi hal yang paling kentara. Tak hanya pada orang dewasa, ini juga berpengaruh besar pada anak-anak.
Menanggapi hal ini, SOS Children's Villages pun memiliki upaya untuk mengatasinya, terkhusus pada anak-anak yang berada di dalam 'kampung' tersebut.
"Untuk di SOS Children's Villages Indonesia, kami mengambil langkah preventif sejak pandemi merebak. Di mana, village atau desa anak SOS kita "lockdown", yang artinya anak-anak tidak boleh keluar dari area village dan tidak ada tamu yang berkunjung. Kita sudah dapat merasakan kegelisahan anak-anak sejak 2 bulan mereka tidak bisa sekolah, bertemu teman-teman," ucap Lusiana Udjaja, PR and Communications Manager dari SOS Children's Villages Indonesia saat HaiBunda hubungi pada Rabu (21/4/2021).
Lebih lanjut, Lusi menggambarkan bahwa lockdown yang mereka terapkan ini tak membuat anak-anak benar-benar dia di dalam rumah. Mereka masih dapat bermain keluar, namun tak melewati batas 'kampung'.
"Tetapi anak-anak SOS masih bisa bermain di lapangan dengan teman-temannya dari rumah keluarga lain. Karena SOS Children's Villages konsepnya ada 15 rumah dan satu rumah usianya bervariasi sehingga ada konsep adik-kakak dan seorang ibu. Jadi mereka punya 'tetangga' yang usianya sepantaran bisa diajak main," tuturnya.
Selain itu, Lusi juga mengatakan bahwa SOS Children's Villages Indonesia mengatasi kegundahan yang anak-anak alami dengan memaksimalkan fasilitas yang ada. Di antaranya dengan tetap mengizinkan mereka menggunakan lapangan bola hingga mengunjungi perpustakaan.
"Di dalam village ada area bermain, lapangan bola, dan perpustakaan, anak-anak masih bisa mengalihkan "tekanan mental" mereka dengan bermain. Tentunya area ini clear, karena satu village kita lockdown tidak boleh keluar-masuk. Kecuali, apabila ada karyawan yang terkena kasus positif, maka anak-anak sama sekali tidak boleh keluar rumah," ungkap Lusi.
Simak informasi selengkapnya di halaman berikut ya, Bunda.
SOS CHILDREN'S VILLAGES INDONESIA GANDENG PSIKOLOG UNTUK ANAK & IBU
Ilustrasi anak-anak/ Foto: Instagram @desaanaksos
SOS Children's Villages Indonesia juga turut mengikuti langkah pemerintah terkait sekolah online, Bunda. Selain itu, anak-anak juga diajak untuk mengikut kegiatan menyenangkan lainnya yang turut dilakukan dengan metode serupa.
"Tidak hanya itu, kita membuat 'SOS Online Class' sejak di bulan Juni 2020 dengan kelas-kelas yang menyenangkan, seperti Dongeng, DIY Crafting, Sharing, dan lain-lain yang dibantu isi oleh para Volunteer. Cara ini cukup membantu anak-anak yang usianya masih kecil untuk tetap ceria dan tidak stres," tuturnya.
Tak hanya mengandalkan cara-cara tersebut, SOS Children's Villages Indonesia turut menggandeng psikologi untuk lakukan sesi sharing. Ini diutamakan pada anak remaja dan ibu yang berperan dalam tiap rumah.
"Selain kakak Volunteer untuk kelas online, juga ada volunteer dari para psikolog yang hingga hari ini masih sharing dengan keluarga SOS Children's Villages Indonesia."
"Untuk psikolog diutamakan untuk anak remaja dan para ibu, yang memang butuh sharing dengan psikolog untuk dapat membantu kesehatan mental mereka. Di awal pandemi ini dilakukan secara rutin karena masih ada 'ketakutan' tentang virus COVID-19 terutama dengan banyaknya hoax. Namun, perlahan-lahan anak-anak dan ibu bisa menghadapi situasi ini dengan baik."
"Salah satu hal lain yang cukup membantu adalah aktivitas bercocok tanam. Baik anak-anak dan para ibu SOS menjadi semakin sibuk untuk mencoba cocok tanam jenis-jenis sayuran atau buah yang baru. Ini juga sangat menolong mengelola kesehatan mental," jelasnya.
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
5 Ciri Ayah yang Anaknya akan Tumbuh Cerdas Menurut Pakar

Parenting
Deretan Negara Termahal untuk Besarkan Anak, Salah Satunya Ada di Asia

Parenting
56 Pertanyaan Umum untuk Anak saat Ngobrol agar Lebih Dekat dengan Si Kecil

Parenting
Bocah 10 Th Datangi Polisi 8 Kali Setahun, Laporkan Ayah yang Pilih Kasih ke Sang Kakak

Parenting
4 Tes untuk Mendeteksi Disleksia pada Anak


7 Foto
Parenting
7 Potret Justin Bieber dan Hailey Baldwin Momong Bayi, Bikin Netizen Gemas
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda