HaiBunda

PARENTING

Rahasia Mendidik Anak Tanpa Perlu Sering Memberi Larangan, Bunda Perlu Tahu

Reti Oktania, M.Psi, Psikolog   |   HaiBunda

Selasa, 29 Jun 2021 07:00 WIB
Cara melarang anak/ Foto: Getty Images/iStockphoto/fizkes
Jakarta -

Mengasuh anak membutuhkan kesabaran para orang tua. Dalam hal ini, Ayah dan Bunda dituntut untuk bisa memahami anak tanpa mengurangi ketegasan dan kedisiplinan dalam mendidiknya.

Tapi pada faktanya, banyak Bunda yang mengaku kesulitan untuk mengontrol perilaku anak. Apakah Bunda salah satunya?

Ya, rasanya sangat sulit menahan diri untuk tidak melarang anak melakukan ini dan itu. Jika Bunda dihadapkan pada kebimbangan seperti ini, mari kita refleksikan kembali apa sih alasan Bunda mengeluarkan larangan.


Kenapa saya melarang?

Sebelum melarang, pahami dan tanyakan pada diri sendiri dulu yuk, "Mengapa saya mau melarang anak melakukan hal ini? Apakah risiko yang akan muncul jika saya mengizinkan anak saya tetap melakukan hal ini?"

Setelah berpikir tentang alasan dan risikonya, Bunda akan jauh lebih tenang menghadapi anak. Serta, akan memahami pula konsekuensi perilaku anak dengan lebih baik. Di sini, yang penting untuk diingat adalah memberi batasan dan menjelaskan mengenai konsekuensi atas perbuatan yang akan dilakukan anak-anak ya, Bunda.

Berbicara mengenai konsekuensi, Bunda bisa sekalian mengenalkan konsep sebab dan akibat dari sebuah perbuatan pada anak-anak. Jadi mereka akan mengenal apa sih itu konsekuensi, dan mengapa harus ada aturan 'iya' dan 'tidak'.

Saat anak memahami bahwa apa yang akan dilakukannya bisa menyebabkan risiko tertentu, maka Bunda tidak perlu lagi nih mengeluarkan kalimat larangan. Sebelum membahas lebih jauh, kita pahami juga yuk mengenai dua jenis konsekuensi, Bunda.

Konsekuensi natural dan konsekuensi logis

Konsekuensi natural bisa dijelaskan bahwa segala sesuatu kemungkinan besarnya akan terjadi akibat perbuatannya. Hal itu bisa dipahami dengan contoh berikut:

"Kalau kamu main pintu seperti itu, nanti tanganmu bisa terjepit." Atau, "Kalau kamu lari-lari di pinggir kolam, kamu bisa terpeleset."

Sedangkan konsekuensi logis, ada dampak yang mungkin terjadi dari perilaku yang dilakukan anak. Jadi, saat meminta anak untuk tidak melakukan sesuatu, anak bisa memahami alasannya terlebih dulu.

Contoh konsekuensi logis: "Kalau kamu tidak tidur sekarang, besok pagi kamu bisa kesiangan" atau "Kalau mainanmu tidak dirapikan, nanti bisa tercecer dan hilang."

Hindari memberi  alasan yang tak logis

Saat Bunda akan menjelaskan sesuatu yang berupa larangan, sebaiknya tidak terjebak dalam memberi informasi dengan konsekuensi yang tidak logis. Banyak Bunda biasanya mengeluarkan alasan yang nggak masuk akal disertai dengan ancaman. Seperti apa contohnya?

"Dihabiskan dulu makannya, nanti nasinya nangis lho." Atau, "Kalau kamu berisik terus begini, nanti kamu disamperin Pak Satpam lho."

Benarkah Bunda dilarang mengucapkan kata jangan dan tidak bisa?

Selama ini, banyak orang tua yang bimbang dalam memilih bahasa. Tidak sedikit Bunda dan Ayah menghindari kata-kata jangan dan tidak saat memberi aturan pada buah hatinya.

Tapi, dalam dunia parenting sebenarnya kata 'Stop', 'Jangan', 'Tidak Bisa', atau 'Tidak Boleh' tetap boleh digunakan lho, Bunda. Perlu digarisbawahi bahwa kata-kata tersebut membantu anak bahwa ada batasan (limit/boundary) yang tegas dalam kehidupan sehari-harinya.

Sehingga, anak akan mengingat bahwa ada batasan yang nggak boleh dilanggar demi keamanan dan keselamatan mereka sendiri. Namun ingat ya, dalam mengatakan kata-kata di atas Bunda harus menjaga emosi tetap tenang dan disertai dengan empati.

Jangan lupa, sampaikan juga ke anak akan ada konsekuensi atas perilakunya. Sebagai gantinnya, beri alternatif untuk melakukan kegiatan lain. Alternatif perilaku ini akan membantu anak memahami batasan apa yang diharapkan atas dirinya.

Beberapa kondisi yang membuat kata 'jangan' dan 'tidak boleh' dapat Bunda gunakan misalnya, saat melihat Si Kecil akan melakukan sesuatu yang berpotensi membahayakan keselamatan dirinya dan orang lain.

Misalnya nih, Bunda, "Stop! Jangan lari ke jalan raya, banyak mobil. Main di sini saja ya." Dalam kalimat ini, Bunda melarang anak dan sekaligus memberikan alternatif lainnya.

Bisa kita sepakati bersama bahwa kata larangan di sini tidak selalu berimbas buruk. Tetap bisa digunakan di kesempatan dan waktu yang tepat.

Selanjutnya, kapan anak mulai tahu diberi aturan dan batasan? Simak di halaman selanjutnya!

Simak cara mendidik anak ala ibu Muady Ayunda dalam video di bawah ini:



(rap/rap)
USIA ANAK MULAI PAHAM DIBERI ATURAN

USIA ANAK MULAI PAHAM DIBERI ATURAN

Halaman Selanjutnya

Simak video di bawah ini, Bun:

6 Cara Mengendalikan Emosi pada Anak, Dicoba yuk Bun!

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Terpopuler: Cerita Haru Marshanda yang Sudah Tinggal bersama Sang Putri

Mom's Life Amira Salsabila

Ketahui Efek Samping Kondom Bergerigi dan Cara Mencegahnya saat Berhubungan Intim

Kehamilan Dwi Indah Nurcahyani

Peneliti Ungkap Buah Paling Sehat di Dunia, Mudah Ditemukan di RI

Mom's Life Amira Salsabila

Belum Genap 2 Tahun, Sisca Kohl & Jess No Limit Masukkan Anak ke Sekolah Internasional

Parenting Nadhifa Fitrina

Momen Keseruan Eks Member JKT48 Gen 1 Liburan Bareng di Bali, Tetep Kompak Bun

Mom's Life Annisa Karnesyia

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Terpopuler: Cerita Haru Marshanda yang Sudah Tinggal bersama Sang Putri

Momen Keseruan Eks Member JKT48 Gen 1 Liburan Bareng di Bali, Tetep Kompak Bun

Ketahui Efek Samping Kondom Bergerigi dan Cara Mencegahnya saat Berhubungan Intim

Peneliti Ungkap Buah Paling Sehat di Dunia, Mudah Ditemukan di RI

Belum Genap 2 Tahun, Sisca Kohl & Jess No Limit Masukkan Anak ke Sekolah Internasional

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK