Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Pasca Penembakan di Texas, Bunda WNI di AS Takut dan Berat Lepas Anak Sekolah

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Senin, 30 May 2022 04:00 WIB

Elementary schoolgirl enters the school cafeteria. She pauses while looking for a friend.
Ilustrasi/ Foto: iStock

Dunia masih berduka pasca penembakan di Robb Elementary School, Uvalde, Texas, pada Selasa (24/5/22). Penembakan berdarah ini menewaskan 19 siswa dan 2 guru, Bunda.

Kejadian ini mengguncang Amerika Serikat. Apalagi, kasus penembakan di sekolah ini bukan kali pertama terjadi di sana.

Pada 2012 silam, penembakan massal juga pernah terjadi di Sandy Hook Elementary. Setidaknya ada 26 korban tewas, termasuk 20 anak-anak dalam peristiwa berdarah ini.

Rasa khawatir mulai dirasakan para orang tua di sana. Tak terkecuali bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang menetap di Negeri Paman Sam itu, Bunda.

Banner Tips Anak Cerdas Seperti Maudy Ayunda

Mellisa Anggiarti, Bunda yang memiliki anak berusia 3 tahun, merasa berat untuk melepas anaknya pergi sekolah. Wanita yang tinggal di Ann Arbor, Michigan ini, bahkan sempat dilema dengan keputusannya untuk membiarkan anak ke sekolah.

"Setelah kejadian school shooting kemarin, yang saya rasakan sedih banget ya. Berat rasanya untuk melepaskan anak pergi ke sekolah. Bangun tidur dilema antara menyekolahkan anak atau meliburkan dia. Tetapi anaknya sangat bersemangat sekali untuk pergi ke sekolah," kata Mellisa, dilansir Instagram @voaindonesia, Minggu (29/5/22).

Meski mengizinkan anaknya ke sekolah, Mellisa tetap berupaya menjaga keselamatan buah hati. Salah satunya dengan mengantar dan memastikan keamanan sekolah.

"Yang saya lakukan adalah saya mengantar dan saya make sure ke sekolah bahwa mereka mengunci pintu dengan sangat proper (benar)," ujarnya.

Mellisa berharap pemerintah Amerika Serikat bisa memberikan perhatian khusus ke depannya. Apalagi, peristiwa penembakan di Robb Elementary School berdampak pada anak-anak lainnya, Bunda.

"Harapan saya setelah terjadi penembakan kemarin, Amerika berbenah lah ya. Karena ironis banget di sini anak-anak itu dilatih untuk menghadapi mass shooter (penembakan massal). Itu berarti mereka mengetahui bahwa setiap hari mereka berada di kondisi tidak aman," ungkapnya.

Tak jauh berbeda dengan Mellisa, Bunda Qiki Piasasty juga memiliki ketakutan yang sama. Baca halaman berikutnya ya.

Bunda, yuk download juga aplikasi Allo Bank di sini.

Simak juga dampak psikologi terlalu sering terpapar dengan berita duka, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

KRONOLOGIS PENEMBAKAN DI TEXAS

A blurred police car in the background behind yellow crime scene tape.

Ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/aijohn784

Bunda Qiki Piasasty juga merasa takut untuk melepas anaknya ke sekolah. Qiki sendiri memiliki dua anak, yakni berusia 8 tahun dan 13 tahun, Bunda.

"Saya ada ketakutan ya untuk melepaskan anak pergi ke sekolah," katanya.

Meski berat, Qiki tetap mengizinkan anak-anaknya ke sekolah karena membutuhkan interaksi sosial dengan teman-temannya di sana. Qiki hanya bisa berdoa supaya kedua anaknya dilindungi di sekolah.

"Saya akhirnya mengikhlaskan dia pergi ke sekolah dengan banyak-banyak berdoa saja," ungkap Qiki.

Penembakan berdarah di Texas menewaskan 19 siswa dan 2 guru. Mengutip The Guardian dan BBC, identitas pelaku diketahui bernama Salvador Ramos, berusia 18 tahun.

Menurut senator Texas, Roland Gutierrez, pelaku sempat menembak neneknya di rumah pada pagi hari, lalu melarikan diri dari tempat kejadian dengan mobil, sebelum merusak kendaraannya di luar sekolah. Pelaku kemudian berlari menuju Robb Elementary School dan mulai menembaki siswa di sana.

Salvador Ramos diketahui bersekolah di sekolah menengah atas (SMA) di daerah itu, Bunda. Saat melancarkan aksinya di Robb Elementary School, dia disebut mempersenjatai dirinya dengan beberapa senjata.

Kasus penembakan ini bisa meninggalkan trauma pada anak-anak, bagi yang selamat atau sekedar menyaksikan dari video. Lalu apa saja dampak psikologisnya? Baca halaman berikutnya.

MEMULIHKAN TRAUMA ANAK KARENA KASUS PENEMBAKAN

Polisi

Pacsa Penembakan di Texas, Bunda WNI di AS Takut dan Berat Lepas Anak Sekolah/ Foto: Getty Images/iStockphoto

Psikolog dari Amerika, Devon MacDermott Ph.D mengatakan, aksi penembakan yang disiarkan melalui video dapat menyebabkan trauma berkelanjutan. Trauma ini mengacu pada rasa sakit yang dialami seseorang ketika melihat dan mengalami langsung kejadian.

"Efeknya akan menimbulkan emosi tidak berdaya dan ketakutan yang intens. Mereka akan memiliki mekanisme untuk selalu merasa tidak aman karena khawatir dan ketakutan," ujar MacDermott, dikutip dari Psychology Today.

Hal ini menjadi lebih rentan bila dialami oleh anak-anak, Bunda. Mereka akan mengalami dampak, seperti merasa tidak aman, stres, dan kehilangan rasa percaya diri.

Di saat itu, anak-anak membutuhkan dukungan yang tepat agar mendapatkan kembali keseimbangan emosional, serta memulihkan kepercayaan mereka pada dunia, dan melupakan trauma.

Orang tua memiliki peran penting untuk mencegah trauma. Selain meminimalisir paparan medis, orang tua juga perlu mendampingi dan membuat anak merasa aman.


(ank/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda