parenting

Hipospadia pada Bayi: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Nazla Syafira Muharram   |   HaiBunda

Minggu, 10 Sep 2023 17:46 WIB

ilustrasi kaki O pada bayi
Hipospadia pada Bayi/ Foto: Getty Images/iStockphoto

Kelahiran Si Kecil menjadi hari-hari yang telah dinantikan oleh setiap orang tua. Orang tua pastinya telah melakukan yang terbaik untuk menjaga bayinya dari awal kehamilan hingga bayi itu lahir. Namun, tahukan Bunda bahwa ada kondisi-kondisi tertentu yang dapat terjadi pada bayi yang baru lahir. Salah satu kondisi yang penting untuk Bunda ketahui ialah hipospadia pada bayi. 

Hipospadia adalah suatu kelainan pada penis bayi dimana uretra tidak berkembang dengan baik. Uretra merupakan saluran yang membawa air seni dan juga sperma keluar dari tubuh melalui penis. Kondisi hipospadia biasanya dapat dideteksi sejak bayi baru saja lahir.  

Hipospadia cukup umum dialami. Kondisi ini dapat memengaruhi sekitar satu dari setiap 250 sampai 300 bayi laki-laki yang lahir. Adapun peningkatan kondisi bayi dengan hipospadia terjadi di budaya barat. Hal ini karena tingginya angka penggunaan polutan dan juga pestisida. 


Berdasarkan letak tempat uretra terbuka, hipospadia terbagi atas beberapa jenis yaitu, di dekat kepala penis (subkoronal), di sepanjang batang penis (poros tengah), serta di tempat penis dan skrotum bertemu (penoscrotal). 

Baca Juga : Hipospadia

Lantas, apa saja penyebab hipospadia? bagaimana gejalanya? dan apakah hipospadia dapat disembuhkan? Berikut ini penjelasan mengenai hipospadia dilansir dari laman Cleveland Clinic dan Grow by WebMD. Simak penjelasan selengkapnya yuk, Bunda.

Penyebab Hipospadia pada bayi

Meskipun para peneliti maupun dokter belum dapat memastikan penyebab pasti dari hipospadia pada bayi, namun saat ini diyakini bahwa beberapa penyebab bayi mengalami hipospadia, antara lain :

  • Genetika
    Si Kecil yang memiliki ayah atau saudara laki-laki yang dilahirkan dengan kondisi hipospadia, kemungkinan besar juga mengalami kondisi yang sama. Selain itu, hipospadia yang diderita juga berkaitan dengan beberapa sindrom genetik.
  • Perawatan Kesuburuan
    Bunda yang melakukan perawatan kesuburan seperti, terapi hormon, obat-obatan, atau terpapar progesteron selama masa pembuahan dapat menimbulkan hipospadia.
  • Berat Badan dan Usia Ibu
    Kemungkinan besar bayi yang akan lahir mengalami hipospadia terjadi karena ibu mereka kelebihan berat badan dan sudah berusia di atas 35 tahun.  
  • Terpapar rokok atau pestisida
    Paparan rokok atau pestisida secara signifikan bisa menjadi salah satu penyebab bayi yang akan lahir mengalami hipospadia.

Gejala Hipospadia

Hipospadia memiliki beberapa gejala yang dapat Bunda pahami, berikut ini beberapa gejala hipospadia pada bayi, yaitu :

  • Testis tidak turun. Pada sekitar 10 persen kasus, salah satu testis pada bayi hanya sebagian saja yang turun ke dalam skrotum.
  • Kordeon. Kondisi di mana penis melengkung ke arah bawah.
  • Buang air kecil yang tidak normal. Ketika air seni tidak keluar dengan aliran yang lurus.
  • Kulup yang tidak berkembang. Kondisi ketika kulit yang menutupi kepala penis tidak utuh. Bayi dengan kondisi ini (hipospadia) tidak boleh melakukan sunat. 

Kapan bayi yang terkena Hipospadia harus ke dokter?

Meskipun hipospadia cukup umum dialami oleh bayi, namun ketika Si Kecil telah menunjukkan gejala-gejala yang telah disebutkan sebelumnya, Bunda harus segera membawa Si Kecil ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan rujukan secepatnya. 

Apakah Hipospadia bisa sembuh?

Tak perlu khawatir Bunda, dengan menjalankan prosedur pengobatan yang telah disarankan oleh dokter, sebagian besar pengobatan tersebut sangatlah berhasil. Penis bayi dapat berfungsi secara normal dan sehat kembali. Bahkan, keberhasilan perbaikan hipospadia ini dapat berlangsung seumur hidup. 

Diagnosis Hipospadia

Pemeriksaan hipospadia menjadi salah satu pemeriksaan rutin pada bayi yang baru saja dilahirkan. Biasanya pemeriksa medis yang akan mendiagnosis kondisi bayi yang baru lahir. 

Diagnosis hipospadia dapat dilihat dengan kasat mata yaitu, ketika lubang penis berada di tempat yang salah dan kondisi kulup yang tidak berbentuk sehingga menyebabkan ujung penis terbuka.

Apabila bayi Bunda terdeteksi mengalami hipospadia, pemeriksa medis akan segera merujuk bayi tersebut ke ahli urologi pediatrik untuk mendapatkan perawatan secara lebih lanjut.

Cara Mengobati Hipospadia

Setelah bayi dirujuk ke ahli urologi pediatrik, dokter akan menyarankan untuk melakukan pembedahan. Biasanya, para ahli urologi pediatrik menyarankan pembedahan dilakukan ketika Si Kecil berusia antara 6 dan 12 bulan. Hal ini karena di usia tersebut perawatan luka setelah operasi akan lebih mudah untuk dilakukan. Selain itu, di usia tersebut Si Kecil sudah dalam tahap aman untuk mendapatkan anestesi. 

Pembedahan ini bertujuan untuk memperbaiki hipospadia. Dokter melakukan pembedahan dengan berfokus pada beberapa hal yaitu, meluruskan batang penis, membangun uretra baru, memposisikan lubang uretra di ujung penis, dan merekonstruksi kulup.  

Komplikasi Hipospadia

Pada beberapa kasus hipospadia, setelah melakukan pembedahan terkadang bayi mengalami suatu komplikasi. Komplikasi yang seringkali dialami adalah adanya sebuah lubang atau disebut juga dengan fistula yang terbentuk dari saluran kemih ke kulit penis. Terlebih, beberapa bayi memiliki jaringan parut yang dapat mempengaruhi aliran urin.

Apabila Bunda menyadari bahwa Si Kecil mengeluarkan air seni atau aliran air seni yang lemah setelah operasi, segera hubungi pemeriksa medis untuk penanganan lebih lanjut. 

Cara Mencegah Hipospadia

Untuk meminimalisir risiko terjadinya hipospadia pada bayi, Bunda dapat mempraktikkan beberapa hal berikut ini :

  • Tidak merokok dan minuman beralkohol.
  • Menjaga stabilitas berat badan yang sehat.
  • Konsumsi asam folat saat masa kehamilan (sekitar 400 hingga 800 mikrogram sehari).
  • Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan saat masa kehamilan. 

Nah, itulah beberapa penjelasan mengenai gejala, penyebab, dan cara pengobatan hipospadia pada bayi yang dapat Bunda pahami. Diharapkan juga Bunda bisa melakukan pola hidup sehat untuk mencegah lahirnya Si Kecil dengan kondisi hipospadia. Semoga bermanfaat!

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT