PARENTING
16 Jenis Pola Asuh Anak dan Dampaknya pada Karakter, Orang Tua Perlu Tahu
ZAHARA ARRAHMA | HaiBunda
Minggu, 30 Jun 2024 08:20 WIBPenerapan pola asuh tidaklah mudah dilakukan, Bunda. Banyak hal yang perlu diperhatikan untuk memilih jenis pola asuh apa yang sekiranya cocok dengan karakter anak.
Sayangnya, tak banyak orang tua tahu bahwa jenis pola asuh yang dijalaninya bukanlah pola asuh yang sesuai dengan kebutuhan anaknya. Akibatnya, pertumbuhan kepribadian anak pun ikut terdampak.
Jenis pola asuh sendiri memang banyak jenisnya. Kenali satu persatu macam-macam tipe parenting yang sudah Bubun rangkumkan berikut ini untuk diterapkan pada anak di rumah.
Apa itu pola asuh anak?
Pola asuh adalah pola pengasuhan orang tua terhadap anak yang bertujuan untuk mendidik, membentuk, dan mendisiplinkan anak sesuai dengan nilai yang berlaku di kehidupan masyarakat.
Hal ini juga serupa dengan yang disampaikan dalam laman American Psychological Association (APA), yakni pola asuh atau parenting adalah proses yang dilakukan orang tua dalam mengasuh dan mendidik perkembangan fisik, emosional, sosial, dan kognitif anak sedari kecil hingga remaja.
Baca Juga : 4 Tipe Pola Asuh Anak, Mana yang Bunda Terapkan? |
Jenis-jenis pola asuh anak dan dampaknya
Dilansir Baby Chick, berikut 16 macam-macam pola asuh anak beserta dampak bagi perkembangan kepribadiannya.
1. Pola asuh otoritatif
Pola asuh otoritatif adalah gaya mengasuh orang tua yang cukup baik dalam membangun komunikasi dengan anak. Tipe pola asuh ini mengajarkan perilaku menuntut pada anak, tetapi juga memperhatikan respon yang diberikan Si Kecil.
Orang tua yang menerapkan pola asuh ini bersikap untuk selalu memahami perasaan anak atas segala hal yang dilewatinya. Oleh sebab itu, pengelolaan emosi anak akan lebih terstruktur di bawah asuhan ini.
Meskipun pola asuh otoritatif masih memberikan tuntutan ekspektasi kepada anaknya, orang tua ini juga masih menerapkan sikap realistis. Sehingga, anak-anak tidak dituntut untuk menghindari kesalahan.
Selain itu, orang tua otoritatif juga ikut memantau perkembangan anak dalam bersikap sehari-hari. Mereka akan bersikap terbuka terhadap diskusi dalam menghadapi masalah, daripada memberikan hukuman.
Dampak dari penerapan pola asuh otoritatif akan membentuk anak-anak yang cenderung bersikap bijaksana, percaya diri, hingga tidak takut untuk mengenal orang dan lingkungan baru.
2. Pola asuh otoriter
Nama pola asuh ini seringkali dibuat tertukar dengan pola asuh otoritatif. Padahal keduanya memiliki penerapan gaya asuh yang berbeda banget, lho Bunda.
Pola asuh otoriter adalah cara mengasuh orang tua yang penuh tuntutan kepada anaknya, tetapi tidak disertai pendampingan emosional. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini bersikap banyak mengatur atas segala gerak-gerik anak.
Sikap orang tua yang membatasi perilaku anak juga berdampak pada ruang bersuaranya. Orang tua ini cenderung tidak menanggapi pendapat anak ketika dihadapkan pada suatu masalah. Anak-anak akan diperintahkan untuk mengikuti apa yang mereka perintahkan.
Apabila, anak tidak mematuhi perintah, orang tua pola asuh otoriter tidak segan melayangkan bentakan hingga pukulan. Mereka percaya kedua hal tersebut dapat mendidik anak menjadi lebih disiplin.
Anak-anak yang diasuh dengan pola seperti ini akan cenderung bersikap tempramental, tidak percaya diri, bergantung pada orang lain, bahkan tidak bisa membuat keputusan sendiri, Bunda.
3. Pola asuh anak permisif
Jenis pola asuh anak selanjutnya adalah permisif. Pola asuh ini memberikan gaya yang memanjakan atau bersikap toleran terhadap apa yang dilakukan anak.
Orang tua dengan pola asuh permisif tidak memberikan tuntutan ekspektasi kepada anaknya. Mereka cenderung menerima apapun yang dipilih anaknya, bahkan mereka lebih memposisikan diri sebagai teman bagi anaknya.
Meskipun begitu, tingkat kasih sayang orang tua permisif cukup tinggi, Bunda. Oleh sebab itu, orang tua yang menerapkan gaya asuh ini sangat menyadari apa yang dibutuhkan anaknya.
Namun, banyak penelitian menyatakan dampak pola asuh permisif akan membentuk kepribadian anak yang tidak bertanggung jawab. Anak-anak cenderung memiliki masalah dalam pengendalian impuls atau bisa disebut ceroboh, ya Bunda.
4. Neglectful parenting
Neglectful parenting adalah pola asuh anak yang melalaikan apapun yang terlibat dengan anak. Orang tua di dalam jenis pola asuh ini bersikap cuek atas apapun yang dilakukan dan dibutuhkan anak-anaknya.
Selain itu, jenis parenting ini menghadirkan ruang dingin antara orang tua dan anak. Tidak adanya sikap menuntut maupun komunikasi di keduanya membuat hubungan keduanya terjebak pada keasingan.
Orang tua yang neglectful juga adalah sosok yang tidak mampu memberikan pengasuhan dan kasih sayang kepada anaknya. Hal ini akan berujung pada kepribadian anak yang tidak percaya diri, sulit bersosialisasi, hingga tak mampu membangun hubungan yang harmonis dengan orang lainnya.
5. Attachment parenting
Attachment parenting adalah istilah pola asuh orang tua yang cukup suportif terhadap tumbuh dan berkembangnya anak. Jenis pola asuh ini berkaitan erat dengan teori keterikatan psikologis emosional antar manusia.
Anak-anak yang diasuh dengan pola ini diberi kesempatan untuk menjelajahi berbagai hal untuk memberinya pengalaman hidup. Meskipun begitu, orang tua tetap memberikan pendampingan dengan kasih sayang dan komunikasi yang intensitasnya seimbang.
Pola asuh ini dapat membentuk kepribadian anak yang lebih tangkas dalam berkomunikasi, percaya diri, dan mudah berinteraksi dengan orang. Namun, pola asuh ini juga berisiko membangun sikap anak yang manja dan sensitif.
6. Pola asuh anak gentle parenting
Gentle parenting merupakan pola asuh yang mengedepankan prinsip pengertian, empati, batasan, dan juga rasa hormat. Pola asuh ini berisi kolaborasi orang tua dan anak yang saling memberikan kasih sayang.
Orang tua yang menerapkan gaya mengasuh ini akan mengajarkan anak untuk sadar atas asal dan dampak perilakunya. Mereka juga akan membantu anak untuk mengelola emosi dan respons komunikasi.
Hal tersebut dilakukan dengan pola asuh yang memperhatikan kondisi dan kebutuhan anak berdasarkan sifat dan kepribadian Si Kecil. Para orang tua tidak akan memaksakan kehendaknya, tetapi juga tidak memberikan kebebasannya yang berlebihan.
Penerapan pola asuh ini akan membentuk kepribadian anak yang berempati, mudah bersosialisasi, tenang, dan mampu menyuarakan perasaannya dengan baik.
7. Slow parenting
Slow parenting adalah pola asuh yang mengajarkan anak untuk tidak bersikap terburu-buru dalam menjalani hidup. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini akan mengajak anak-anak untuk menikmati setiap tahap atau interaksi di kehidupannya.
Orang tua dalam pola asuh slow parenting membebaskan anak untuk mengeksplorasi minat mereka sesuai keinginan. Anak-anak dibiarkan untuk menjalani kehidupannya tanpa ada tekanan ekspektasi yang berlebihan.
Gaya asuh ini akan mendorong kepribadian anak yang mandiri, percaya diri, dan yakin atas kemampuan yang dimiliki. Selain itu, anak-anak juga dibentuk untuk mudah bersosialisasi dengan rasa empati dan afeksi yang tinggi.
8. Pola asuh free range
Free range parenting memiliki konsep pengasuhan yang tidak menekankan kendali terhadap anak, bahkan justru termasuk pola asuh yang bebas. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini mendorong anak untuk bersikap mandiri dan percaya diri atas kemampuan yang dimilikinya.
Pola asuh satu ini menekankan rasa kebebasan anak dalam berkegiatan. Para orang tua dengan pola asuh ini mengharapkan anak-anak dapat berkegiatan selayaknya usia mereka. Oleh sebab itu, free range parenting cenderung mengarahkan anak mengeksplorasi alam sekitar dibanding gadget.
Dampak pengasuhan anak dengan pola ini, akan membentuk kepribadian yang lebih santai, kreatif, dan mudah bersosialisasi. Anak-anak di bawah asuhan free range cenderung terhindar dari rasa cemas berlebihan di kemudian harinya.
9. Parenting Elephant parenting
Elephant parenting adalah jenis pola asuh yang meniru bagaimana induk gajah mengasuh anaknya. Pola asuh ini menekankan kehadiran orang tua yang berperan penting dalam membangun ikatan emosional dengan anaknya.
Orang tua dengan gaya parenting ini akan siap sedia untuk menolong anak, bahkan cenderung memanjakannya. Meskipun begitu, anak-anak masih diberikan ruang untuk berinteraksi sebagaimana usianya tanpa adanya aturan yang mengekang.
Dampak penerapan pola asuh ini akan membentuk kepribadian anak yang penuh empati dan mudah untuk bersosialisasi. Namun, elephant parenting juga berisiko membesarkan anak yang terlalu bergantung.
10. Pola asuh anak Dolphin parenting
Dolphin parenting adalah pola asuh yang mengadopsi sifat alamiah lumba-lumba, yaitu kecerdasan dan tingkat sosial yang tinggi. Tipe parenting ini menghadirkan peran orang tua yang bersikap penuh perhatian dan empati terhadap anaknya.
Orang tua akan memberikan dukungan penuh pada anaknya perihal pendidikan dan kemampuan lainnya. Meskipun tetap hadir ekspektasi di dalamnya, orang tua dengan dolphin parenting tidak akan memaksakan hal tersebut demi menjaga ikatan hubungan dekat dengan anak.
Anak-anak di bawah asuhan parenting ini akan memiliki sikap penuh empati terhadap sekitarnya. Mereka akan dapat belajar menghargai keputusan orang lain dan menjaga intensitas hubungan tetap berjalan lancar.
11. Jellyfish parenting
Sedikit mirip dengan pola asuh permisif, jellyfish parenting adalah gaya asuh yang menciptakan ruang untuk anak bersikap terlalu santai terhadap aturan. Hal ini membuat anak-anak tampil lebih dominan daripada orang tua dalam menyuarakan sesuatu.
Akibatnya anak yang besar di bawah asuhan parenting ini berisiko mengalami masalah dalam perkembangan sosialnya. Anak-anak akan memiliki perilaku yang cukup mengganggu sebab kurangnya keterlibatan orang tua dalam berkomunikasi dengan anak.
12. Pola asuh anak Tiger parenting
Akhir-akhir ini istilah tiger parenting sedang banyak diperbincangkan, Bunda. Tiger parenting sendiri adalah jenis pola asuh yang mengatur penuh kehidupan anak mereka. Hal ini dilakukan untuk anak bisa mencapai dan memenuhi harapan orang tua.
Sikap otoriter tersebut membuat anak tidak memiliki ruang untuk menyampaikan perasaannya sehari-hari. Bahkan, orang tua juga membatasi ruang anak dalam berteman, berkegiatan, dan lain-lain.
Orang tua yang menerapkan tiger parenting juga cenderung bersikap emosional hingga bermain fisik untuk memberikan teguran pada anak. Hal ini menjadikan anak tidak bisa mengeksplorasi potensi dalam dirinya dan berujung pada kepribadian yang tidak percaya diri.
Anak-anak yang hidup di bawah asuhan parenting ini menjadi cemas untuk melakukan sesuatu. Sebab mereka merasa takut tidak bisa memenuhi ekspektasi orang tua dan berujung pada risiko depresi.
13. Mindful parenting
Mindful parenting adalah jenis pola asuh yang menekankan kehadiran orang tua untuk sadar akan pikiran, perasaan, dan perilaku mereka dapat berdampak besar pada anak-anaknya. Jenis parenting ini mengajak orang tua untuk ikut lebih sadar akan peran mereka.
Dampak dari penerapan pola asuh ini akan membentuk anak yang memiliki pengelolaan emosi yang lebih bijaksana. Selain itu, kemampuan bersosialisasi anak juga ikut terasah, sehingga mereka tak segan untuk berinteraksi dengan orang baru.
14. Helicopter parenting
Pola asuh helicopter mengacu pada jenis parenting yang protektif dan merasa sangat khawatir atas apa yang dilewati anak-anaknya. Orang tua yang menggunakan pola asuh parenting cenderung ikut campur dalam mengatur kegiatan anak-anaknya.
Apabila jenis pola asuh ini dilakukan terlalu berlebihan, anak-anak akan cenderung sulit membuat keputusan, bergantungan, anti sosial, dan sulit membangun hubungan baru dengan yang lain.
15. Pola asuh anak toxic parenting
Banyak orang tua tak menyadari bahwa pola asuh yang diterapkannya termasuk dalam jenis toxic parenting. Toxic parenting adalah pola asuh yang memberikan banyak aturan sesuai kemauan orang tua tanpa mendengarkan pendapat anak-anaknya. Namun, orang tua seringkali keliru menganggap keputusan ini membawa kebaikan.
Nyatanya, toxic parenting membuat anak merasa terkekang dan tumbuh menjadi pribadi yang tak menyukai orang tuanya. Selain itu, mereka juga berisiko mengalami depresi dan masalah kesehatan lainnya yang merugikan diri.
16. Narcissistic parenting
Narcissistic parenting adalah tipe pengasuhan yang berasal dari orang tua pengidap gangguan kepribadian narsistik. Orang tua ini tidak terlalu mementingkan keberadaan dan perasaan anaknya.
Selain itu, kepribadian orang tua ini juga mendorong anak untuk mengalah terhadap apa yang orang tuanya. Alhasil, anak akan tumbuh menjadi pribadi dengan mental yang tidak stabil, tidak percaya diri, dan takut untuk mencoba hal baru.
Cara memilih pola asuh anak yang tepat dan ideal
Untuk para orang tua baru, terkadang suka masih bingung ya, Bunda, kira-kira pola asuh seperti apa yang akan diterapkan ke anak? Nah, sebelum ambil keputusan, Bunda perlu memerhatikan beberapa faktor dari kepribadian Si Kecil.
Orang tua perlu tahu bagaimana karakter atau temperamen yang dimiliki anak. Apakah mereka tipe yang easy child, slow to warm up, atau rewel
Anak dengan sifat yang easy biasanya akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, anak yang slow to warm up membutuhkan beberapa waktu untuk beradaptasi, dan anak yang difficult tentunya sangat sulit untuk membuka diri terhadap lingkungan.
Oleh karenanya, Ayah dan Bunda tidak bisa memaksakan pola asuh yang sama terhadap tiga jenis anak tersebut. Anak dengan kepribadian tertutup, memerlukan intensitas komunikasi yang lebih banyak dengan orang tuanya. Beda lagi dengan anak yang memang terlahir sebagai social butterfly.
Selain itu, orang tua juga harus paham bahwa pola asuh yang melibatkan hukuman fisik akan membawa banyak kerugian dalam perkembangan kepribadian anak. Sehingga, hindarilah bentuk pola asuh yang menghadirkan hukuman seperti itu.
"Orang tua kalau marah atas kesalahan anak, jangan dilakukan dengan hukuman dipukul atau bentakan. Cobalah dengan menggunakan pendekatan teguran yang tegas tapi tetap hangat, " jelas Anastasia Satriyo, M.Psi, dalam wawancaranya bersama HaiBunda di beberapa waktu lalu.
Kesalahan pola asuh orang tua yang dapat merusak tumbuh kembang anak
Melansir dari berbagai sumber, berikut lima hal yang menjadi kesalahan pola asuh Bunda yang dapat merusak tumbuh kembang kepribadian anak:
1. Tidak memvalidasi perasaan anak
Melansir dari laman CNBC, orang tua patut membiarkan anak untuk berekspresi dan membicarakan emosi mereka. Hal ini berguna untuk kesehatan mental anak sedari dini.
Hindari penggunaan kalimat “jangan terlalu sedih” atau “itu bukan masalah besar” saat anak menceritakan kesedihan mereka. Perilaku itu akan membawa bumerang yang membuat anak menganggap perasaan sedih tidak penting.
Sikap yang tidak memvalidasi perasaan anak membuat Si Kecil cenderung menyimpan cerita keseharian mereka, lho, Bunda. Kepribadian anak yang tertutup tentu akan membuat khawatir para orang tua.
Ketika anak menunjukkan atau menceritakan sesuatu yang mengkhawatirkannya, Bunda dapat meresponnya dengan memberi afirmasi seperti, “Bunda tahu kamu ketakutan saat ini.” Kemudian, cobalah untuk menanyakan mereka hal apa yang sekiranya bisa meredakan keresahan tersebut.
Dengan demikian, Si Kecil dapat belajar untuk mengelola dan mengatasi emosi yang mereka rasakan sendiri.
2. Tidak konsisten
Mengasuh anak tentu bukanlah hal yang mudah. Seringkali orang tua dibuat kewalahan oleh sikap anak sehari-hari. Hal inilah yang kerap membuat orang tua bersikap tidak konsisten ketika mengasuh anak.
Apabila Bunda seringkali mengubah pola asuh, seperti kadang-kadang ketat, lalu besoknya menjadi tidak peduli pada anak, maka dapat membentuk situasi yang merugikan orang tua dan anak. Seringkali anak akan dibuat bingung untuk bersikap.
Polah asuh seperti ini akan menimbulkan miskomunikasi dalam mendisiplinkan anak. Anak-anak tidak akan menganggap serius ucapan orang tua. Rasa hormat mereka kepada orang tua juga bisa menurun, Bunda.
3. Tidak memberi teladan
Anak-anak adalah sosok yang meniru apapun yang disaksikannya, tanpa memandang dampak baik dan buruknya. Nah, sebagai orang yang paling sering menghabiskan waktu bersama anak, Bunda dan Ayah perlu memberikan contoh teladan yang baik.
“Ketika orang tua mencontohkan perilaku positif, anak-anak dapat belajar bagaimana caranya bersikap dalam menghadapi tantangan atau situasi yang menyulitkannya,” ungkap psikolog dan konselor mental, Dr. Jaclyn Gulotta, Ph.D, LMHC, dikutip dari Verywell Family.
4. Tak membiarkan anak melakukan kesalahan
Sebagai orang tua, tentu Ayah dan Bunda ingin yang terbaik untuk Si Kecil. Jadi, wajar saja bila muncul perasaan yang ingin melindungi anak dari kesalahan. Meskipun begitu, sikap tersebut ternyata tidak baik untuk dilakukan, lho.
Nyatanya, melalui kesalahan atau kegagalan, anak-anak mendapatkan kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Adanya kesalahan akan membantu Si Kecil untuk mengevaluasi apa yang dilakukannya dan bagaimana dampak yang dibentuknya.
Dari hal tersebut, anak-anak dapat mengenal istilah bertahan hidup dengan sebab rasa yakin dari kemampuan yang dimiliki. Sementara itu, bila Bunda terus ikut campur atas hal yang dilakukan anak, itu justru menjadi bumerang dalam kepribadian mereka.
“Sikap menyelamatkan anak dari kesalahan secara terus-menerus akan membuat mereka sulit belajar dan berkembang. Hal ini akan menumbuhkan rasa tidak percaya diri anak,” jelas Gulotta.
5. Menghindari aturan atau batasan
Bunda mungkin pernah berpikir bahwa cara mengasuh anak yang baik adalah dengan tidak memberi banyak aturan. Namun, kebanyakan anak-anak, terutama yang masih kecil merasa sulit untuk hidup tanpa aturan apapun.
Membuat aturan, menetapkan batasan, dan menyusun rutinitas yang konsisten, justru akan membantu anak mengetahui apa saja hal yang akan dijalankan sehari-hari. Bunda hanya perlu membuat aturan yang ditujukan untuk menghindari perilaku negatif.
Namun, jangan lupa untuk memberikan alasan jelas dari batasan tersebut, ya. Dengan demikian, anak dapat memahami jelas dampak dari hadirnya larangan tersebut.
Nah, Bunda itulah informasi seputar 16 jenis pola asuh anak atau parenting yang ternyata memiliki dampak tersendiri bagi perkembangan karakter anak. Semoga informasi ini dapat membantu Bunda memilih gaya asuh yang baik untuk Si Kecil, ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)Simak video di bawah ini, Bun:
5 Tips Atasi Gaya Parenting yang Berbeda dengan Suami, Tak Harus Bertengkar Bun
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Kenali 13 Karakteristik Anak Usia Dini demi Mendukung Perkembangannya
8 Tips Simpel & Asyik Ajarkan Anak Bahasa Inggris Dijamin Enggak Bosan
6 Cara Membantu Anak Merasa Kompeten, Bunda Jangan Terlalu Perfeksionis
10 Cara Melatih Mata agar Penglihatan Anak Tidak Lemah, Bunda Bisa Coba
TERPOPULER
Aline Adita Ucap Syukur Bisa Jalani Kehamilan Pertama saat Berulang Tahun Ke-45
5 Potret Alice Norin Ajak Suami & Anak Pulang Kampung ke Norwegia, Ada Momen Unik
Jurus Jitu Nolak Jadi Korlas
Manfaat Payudara Kecil saat Menyusui yang Jarang Diketahui, Ini Kata Studi
7 Nama Anak Laki-laki Artis Sinetron Indonesia dan Artinya, Bahasa Arab hingga Sanskerta
REKOMENDASI PRODUK
11 Rekomendasi Highlighter yang Bikin Makeup Lebih Stand Out
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
9 Rekomendasi Sunscreen untuk Ibu Menyusui yang Aman dan Bagus
Dwi Indah NurcahyaniREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Calming Cream untuk Bantu Redakan Kembung hingga Kolik Anak
Nadhifa FitrinaREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Sabun Bayi Cair yang Bagus dan Aman, Pilihan Terbaik untuk Si Kecil
ZAHARA ARRAHMAREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Sepatu Sekolah Terbaik yang Bagus dan Awet
KinanTERBARU DARI HAIBUNDA
Apa Itu Anak CIBI: Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa
Aline Adita Ucap Syukur Bisa Jalani Kehamilan Pertama saat Berulang Tahun Ke-45
Suami Kepergok Selingkuh di Konser Coldplay, Istri Langsung Hapus Foto Keluarga!
5 Potret Alice Norin Ajak Suami & Anak Pulang Kampung ke Norwegia, Ada Momen Unik
Jurus Jitu Nolak Jadi Korlas
FOTO
VIDEO
DETIK NETWORK
-
Insertlive
Punya Bersin Unik Bernada, Vidi Aldiano Sampai Batal saat Salat
-
Beautynesia
7 Bumbu Dapur Ini Efektif Mengusir Kecoa yang Berkeliaran di Rumah
-
Female Daily
Lebih dari Sekedar Wewangian, BLP Beauty Hadirkan Parfum untuk Menemani di Berbagai Momen!
-
CXO
GOT7 Rilis Album Baru, Persiapan Harus Lewat Video Call Karena Hal Ini
-
Wolipop
Video Experience Analisis Kondisi Kulit Pakai AI
-
Mommies Daily
Smurfs: Si Biru Kecil yang Baik dan Tidak Kenal Menyerah