Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

cerita-bunda

Aku Baby Blues, Gara-gara Malu Lihat Suami & Kakak Saling Maki di Akikah Anak

Sahabat HaiBunda   |   HaiBunda

Jumat, 07 Aug 2020 19:24 WIB

depresi pasca melahirkan
Baby blues setelah suami dan kakak saling maki/ Foto: thinkstock
Jakarta -

Acara Akikah anak yang harusnya dirayakan dengan bahagia, berujung dengan tangis air mata. Masih ingat dalam ingatanku peristiwa beberapa bulan lalu.

Jumat malam itu, aku merasakan mulas luar biasa dan diikuti dengan pecah ketuban. Tak lama kemudian, aku dilarikan ke rumah sakit oleh kakak dan orang tuaku. Hanya berselang hitungan jam, si kecil lahir dengan selamat.

Aku melahirkan tanpa kehadiran suami, karena posisinya saat itu aku memang sedang liburan weekend di rumah orang tua. Sedangkan suami, sedang ada job yang harus diselesaikannya hingga larut malam.

Begitu mendengar aku melahirkan, suami pun mencoba langsung pulang. Tapi apa daya, permintaan bos dan klien tak bisa membuatnya langsung meninggalkan pekerjaannya. Ia pun baru bisa meninggalkan kantor subuh dan tiba di rumah sakit pagi hari.

Melihat hal itu, kakak perempuanku tidak senang. Ia berpikir suamiku terlalu banyak alasan untuk segera datang menemani istrinya lahiran. Sedangkan aku tak mau mempermasalahkan hal itu karena memang sudah paham konsekuensi dari pekerjaannya.

Stressed Mother Holding Crying Baby Suffering From Post Natal Depression At HomeBaby blues lihat suami dan kakak saling caci maki/ Foto: Getty Images

Beberapa hari kemudian, suami pun meminta pertimbangan untuk menerima sebuah job di luar kota. Alasannya untuk menambah biaya membeli kambing akikah. Ya, Bunda, dikarunia anak laki-laki membuat kami harus menyediakan biaya ekstra untuk membeli dua ekor kambing.

Mengingat ada ibu dan kakakku yang siap mengurusku. Aku pun mengizinkannya berangkat, dan ia baru datang ke rumah ibuku sehari sebelum akikah dilangsungkan.

Ia pun membantu sebagaimana biasanya. Namun, kelelahan membuatnya jadi sedikit tak enak badan. Saat banyak tetangga dan saudara yang datang membantu, suamiku hanya menemui mereka sebentar dan masuk kamar.

Lagi-lagi, kakak perempuanku protes melihat hal ini. Menurutnya tak pantas, kami yang punya hajat tak menyambut tamu dan membantu menyiapkan acara.

Sudah beberapa hari ini memang, aku merasa kakakku uring-uringan terus. Merasa keberatan mengurus segala kebutuhanku yang baru selesai melahirkan. Namun, aku pun tak bisa berbuat banyak karena luka perineum belum sembuh jadi tidak bisa banyak bergerak.

Rupanya, kekesalan kakakku makin berlanjut ketika anak-anaknya kusuruh keluar dari kamar ketika anakku sedang tidur. Aku hanya meminta keponakanku untuk main di luar, karena mereka berteriak dan berlarian di kamar. Sedangkan aku kelelahan begadang semalaman mengurus bayi yang baru lahir.

Dipendamnya emosi, hingga keesokan harinya. Ketika tamu undangan sudah pada datang, suamiku masih menerima telepon dari orang tuanya di kamar. Dipikir kakakku, suamiku tak mau keluar. Astaga, ada-ada saja hal kecil yang membuatnya marah.

Meledaklah emosi kakakku, dan menunjuk-nunjuk suamiku di depan para tamu undangan yang sudah siap berdoa. Segala serapah dan caci maki disembur kakakku. Menyebut suamiku malas, tak tahu malu, dan semaunya sendiri.

Malu mendengar semua tuduhan itu suamiku pun membalas dengan kata-kata yang tak kalah sinis. Saling caci maki pun tak terhindarkan. Parahnya, malam itu juga ia mengajak aku dan si kecil untuk pulang ke rumah kami.

Ibuku menangis dan mencoba menenangkan semuanya. Tamu undangan dan para tetangga pun memilih pulang untuk membiarkan kami menyelesaikan masalah.

Aku tak ingat lagi, apa yang terjadi setelahnya. Rasanya gelap dan aku hanya bisa menangis.

Tapi ternyata efeknya aku menjadi trauma, dan mudah menangis. Aku pun sering menyalahkan diri sendiri setelahnya. Membuat anakku tak terurus karena aku kebanyakan menangis dan malas bicara dengan suamiku.

Menurut informasi yang kubaca di internet, ini menjadi salah satu tanda-tanda sedang mengalami baby blues. Itulah kenapa aku ingin membagi ceritaku di sini. Mungkin, dengan menulis sedikit melepaskan bebanku dan menyembuhkan kesedihan yang tertahankan ini.

(Cerita Bunda Titi - Depok, Jawa Barat)

Mau berbagi cerita, Bunda? Share yuk ke kami dengan mengirimkan Cerita Bunda ke email [email protected]. Bunda yang ceritanya terpilih untuk ditayangkan, akan mendapat hadiah menarik dari kami.

Bunda, simak juga yuk cerita Marissa Nasution yang juga alami baby blues setelah melahirkan dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]



(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda