Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

cerita-bunda

Aku Enggak Habis Pikir, Keluarga Suami Menjodohkannya dengan Sepupu Sendiri

Sahabat HaiBunda   |   HaiBunda

Senin, 04 Oct 2021 17:26 WIB

Ilustrasi pasangan bertengkar
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/Juanmonino

HaiBunda, semoga sehat selalu, aku mau cerita sedikit. Aku perempuan usia 29 tahun, sudah menikah.

Pernikahanku ini tidak disetujui oleh keluarga pihak suami. Aku pacaran dengan suami dua tahun lebih, awal pacaran semua baik-baik saja. Semua keluarga suami sangat baik dan ramah, aku dikenalkan ke seluruh anggota keluarganya.

Suamiku ini sudah tidak punya ibu karena sudah meninggal sekitar tahun 2008. Selepas ibunya meninggal, bapak mertua menikah lagi dan punya anak satu laki-laki berusia masih lima tahunan.

Banner Pesan Novel Baswedan untuk IstriFoto: HaiBunda/Mia

Suami bekerja sebagai awak kapal di sebuah kapal milik perusahaan Korea, dengan gaji puluhan juta setiap bulan dengan masa kontrak kurang dari setahun. Pacaran tahun pertama, saat suami pulang liburan ke kampung, kusampaikan ke orang tua bahwa cuti tahun berikutnya kami akan menikah. Orang tuaku setuju dan sangat bahagia.

Suamiku juga menyampaikan hal yang sama ke ayah dan kakaknya. Tapi karena suamiku ini masuk ke generasi sandwich, dia membiayai seluruh kebutuhan keluarganya, termasuk tanggungan ke sepupunya yang perempuan, yaitu anak dari tantenya (adik ayahnya).

Suami harus menanggung biaya kuliah dan semua kebutuhan si adik sepupu hingga selesai kuliah. Aku bertanya kenapa dia harus menanggung kebutuhan adik sepupunya mengingat mereka termasuk keluarga mampu?

Menurut jawaban suamiku dia hanya ingin membalas jasa bahwa dulu saat ibunya sakit, yang membantu semua kebutuhan mereka adalah Si Tante. Orang ini pula yang membantu menyelesaikan kuliah suamiku.

Baiklah, aku pun tak masalah dengan itu. Hanya aku pastikan saja sampai mana balas jasanya? Suamiku bilang cukup sampai kuliah sarjana S1 si adik sepupu selesai. Oke baiklah. Aku tetap percaya suamiku dan keluarganya.

Aku bertanya pada suamiku, "Lalu pernikahan kita akan dilakukan setelah kuliah adik-adikmu selesai?"

Dia bilang tidak perlu. Kuliah si adik kandung sisa setahun dan kuliah si adik sepupu masih dua tahun. Kalau begitu waktunya cukup tahun depan kita bisa menikah. Aku sangat yakin dengan rencana kami, suamiku juga.

Bulan berlalu suamiku datang libur cuti setelah hampir setahun di kapal. Biaya pernikahan sudah kami siapkan, kami sisihkan dari gaji suamiku sedikit-sedikit.

Namun, masalah muncul ketika ayah suami tidak setuju dengan rencana pernikahan kami di tahun 2019 dan harus diundur setahun. Padahal jadwal suamiku libur cuti hanya di bulan Agustus 2019.

Alasan si Ayah karena tahun tersebut tidak cocok untuk waktu pernikahan. Ternyata itu hanya alasan semata, Bun karena aku akhirnya mendapat pencerahan mengenai alasan sebenarnya.Lihat pencerahan tersebut di HALAMAN SELANJUTNYA ya, Bun.

Simak juga video berikut mengenai cerita Whulandary Herman yang menjadikan mertua sebagai patokan pendidikan. 

[Gambas:Video Haibunda]



Suamiku Dijodohkan dengan Sepupu

Ilustrasi Pasangan Muda

Ilustrasi pasangan/Foto: Shutterstock/

Aku dan suami sudah coba bicara dengan saudara-saudara suami yang lain. Bahkan mencoba bicara dengan ibu sambungnya, tapi tetap tidak bisa.

Sementara orang tuaku terus mendesak. Bukan karena ada sesuatu atau apapun, hanya orang tuaku butuh kejelasan mengingat umurku sudah 27 dan tidak ada lagi yang harus ditunda.

Tibalah saatnya salah seorang paman suami mencoba bicara dengan Si Tante. Ternyata ia tidak merestui pernikahan ini. Usut punya usut ternyata Si Tante ingin menikahkan suamiku dengan anaknya sendiri yaitu sepupu suami. Adik sepupu yang dibiayai kuliahnya oleh suamiku!

Akhirnya setelah pergelutan yang panjang, salah seorang paman menyarankan kami agar mencoba meminta pendapat pada keluarga pihak almarhumah Ibu suami. Benar saja, di sana kami mendapat bantuan, akhirnya paman suami dari pihak ibu mau mengantarkan suami melamarku.

Acara lamaran kecil-kecilan pun dilaksanakan di bulan November 2019. Penetapan waktu pernikahan bulan Agustus 2020 sepulang suami dari berlayar tahun berikutnya. 

Setelah lamaran cobaan mulai muncul. Pandemi wabah COVID-19 membuat suami terlunta-lunta di Jakarta selama berbulan-bulan. Akhirnya terpakailah sudah biaya yang kami persiapkan untuk menikah sebagai biaya hidup suami selama di Jakarta.
  
Banyak pertimbangan, mengingat wabah tak kunjung usai, pekerjaan tak kunjung dapat, sementara aku juga khawatir, sainganku bukan sembarang orang, yakni seorang Tante dengan kekuasaan terbesar di keluarga suamiku. Aku takut aku akan lebih lama lagi menikah.

Akhirnya kami memutuskan, kenapa tidak menikah saja mumpung suasana COVID-19? 

Beberapa hari setelah hari raya (Mei 2020) kami melangsungkan akad nikah dan tetap tidak dihadiri oleh satupun keluarga pihak suami. Bahkan kakak kandung suamiku sendiri tidak hadir, kami kecewa, tapi mau tidak mau pernikahan tetap berlangsung. 

Sebulan setelah menikah suami ditelepon perusahaan agar bisa segera ke Jakarta karena sudah bisa melakukan perjalanan ke luar negeri. Untuk biaya suamiku ke Jakarta dan tes PCR yg saat itu harganya masih tinggi, emas mahar pernikahan aku jual lagi. 

Setelah suamiku ke Jakarta, aku resign kerja. Tapi ternyata setelah sampai di Jakarta negara tujuan suami belum dibuka, kami kecewa, tapi apa boleh buat. Dengan sisa uangnya suami kembali ke kampung.

Kami pun tinggal dirumah nenekku, hidup sangatt sederhana, pernah makan nasi dengan telur dua biji dibagi empat orang. Pernah juga tidak punya lauk, kami buat nasi goreng dengan bumbu garam dan penyedap rasa saja agar terasa di lidah. (Ya Allah aku nangis ketik ini). 

Sekarang pernikahan kami sudah berusia setahun lima bulan, suamiku sudah sembilan bulan di kapal, dengan gaji yang Alhamdulillah bisa kami pakai untuk membayar utang-utang. Sementara si adik sepupu yang tadinya ingin dijodohkan dengan suamiku, sudah berakhir tanggungan terhadapnya sejak suami meninggalkan rumah dan keluarganya. 

Oh iya, saat ini hubungan dengan kakak ipar juga sudah membaik. Sementara ayah mertua sesekali menanyakan kabarku melalui kakak ipar.

Semoga pernikahan ini terus bertahan hingga surganya Allah, doakan kami menjadi pasangan yg selalu saling menghargai dan saling menjaga. Untuk para generasi sandwich di luar sana, semoga kalian tetap kuat, dan semoga jerih payah kalian dihargai. Semoga apapun pilihan kalian itu yang terbaik untuk kalian. 

(Cerita Bunda M, bukan nama sebenarnya)

Mau berbagi cerita, Bunda? Share yuk ke kami dengan mengirimkan Cerita Bunda ke [email protected] yang ceritanya terpilih untuk ditayangkan, akan mendapat hadiah menarik dari kami.


(ziz/ziz)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda