Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Kisah Mahasiswa RI Jalani Beasiswa di Belgia, Dapat Uang Saku Rp19,8 juta per Bulan

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Sabtu, 16 Oct 2021 09:46 WIB

Hafsah Amalia, Mahasiswi Indonesia di Belgia
Hafsah Amalia/ Foto: YouTube CXO Media

Merantau di Eropa menjadi pengalaman menarik sekaligus membuka mata bagi mahasiswa Indonesia bernama Hafsah Amalia. Ia mengambil master di jurusan Bioinformatika, Hasselt Unversity, di Belgia, Bunda.

Sebagai informasi Hasselt University memiliki lebih dari 7 fakultas, 4 lembaga penelitian, dan 3 pusat penelitian. 15 persen dari 6.500 mahasiswa di sana merupakan mahasiswa internasional, seperti Hafsah ini.

Lalu, menurut U-Multirank 2019, Hasselt University termasuk dalam 10 persen universitas terbaik seluruh dunia.

"Bioinformatics adalah ilmu yang mempelajari tentang ilmu biologi, statistik, dan menghasilkan informasi. Ya, singkatnya sih seperti itu ya," ungkapnya, di program Langkah di Tempat Rantau dilansir kanal YouTube CXO Media.

"Di Hasselt University ini aku dapat beasiswa dari pemerintah Belgianya sendiri. Beasiswa ini diperuntukkan untuk negara berkembang."

Banner 14 Resep Masakan Serba Murah

Hafsah mendapatkan beasiswa VLIR-UOS, diberikan oleh Pemerintah Belgia yang ditujukan untuk 31 negara berkembang meliputi Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Terdapat dua program yang ditawarkan yaitu beasiswa short courses/training dan beasiswa S2, Bunda.

"Jadi Belgia ini membantu negara berkembang terutama dalam bidang research-nya gitu," kata Hafsah.

Dari beasiswa ini per bulannya, Hafsah mendapatkan uang sebesar 1.150 Euro atau kurang lebih jika dirupiahkan sebesar Rp19,8 jutaan per bulan.

Menurut Hafsah, uang saku perbulannya itu sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan bulanannya. Mahasiswi satu ini pun mengaku tak perlu kerja part-time agar bisa mendapat uang saku lebih.

Namun, Hafsah tetap membagikan informasi tentang part time di Belgia yang ternyata bayarannya cukup menggiurkan bagi para mahasiswa internasional. Baca kelanjutannya di halaman berikut.

Simak juga remaja 14 tahun berdarah Indonesia, kini jadi ahli saraf di AS:

[Gambas:Video Haibunda]




BAYARAN PART TIME MAHASISWA DI BELGIA

Hafsah Amalia, Mahasiswi Indonesia di Belgia

Hasselt, Belgia/ Foto: YouTube CXO Media

Meskipun Hafsah sendiri tidak melakukan part time karena menurutnya uang saku dari beasiswa lebih dari cukup, ia membagikan informasi part time berdasarkan pengalaman teman-temannya sesama mahasiswa.

"Tapi kalau emang mau kerja part-time di sini juga bisa. Biasanya mereka, teman-teman aku sih kerja part-time itu pas summer (musim panas). Terus kerjaannya juga macam-macam," ujar Hafsah.

Hafsah menyebutkan, part time yang dilakukan para mahasiswa, terutama teman-temannya saat musim panas itu antara lain menjadi tukang cuci piring di restoran. Bisa juga menjadi pemetik buah apel atau pir, mengingat banyak kebun apel dan pir di Belgia. Lalu, ada juga yang menjadi cleaning service.

"Bisa juga lap-lap di kantor atau di kampus, atau juga gosokkin toilet," katanya.

Bayaran per-jamnya itu macam-macam, Bunda, tergantung dari kesulitan pekerjaannya. Misalnya kalau menjadi cleaning service di kantor, bayarannya bisa sebesar 8 euro (sekitar Rp130 ribuan) per jam.

Berbeda lagi dengan yang menggosok toilet. Karena tingkat kesulitannya lebih tinggi, sehingga bayaran per jamnya bisa mencapai 15 euro (Rp245 ribuan). Hampir dua kali lipat ya, Bunda?

"Dan sehari kita kerja 4 jam. Kan lumayan banget ya, buat nambah-nambah uang saku," ucap Hafsah.

Bisa diartikan bahwa sehari, bila ada mahasiswa yang magang sebagai cleaning service toilet, ia mendapat Rp980 ribuan. Benar-benar bisa menambah uang jajan ya, Bun!

Hafsah Amalia tinggal di Hasselt, kota kecil di Belgia. Penduduknya pun tak terlalu banyak dan uniknya, jarak antar rumah sangat berjauhan. Tapi hal tersebut justru menjadi pengalaman seru bagi Hafsah. Baca kelanjutannya di halaman berikut,

PENGALAMAN JADI MINORITAS

Hafsah Amalia, Mahasiswi Indonesia di Belgia

Hafsah Amalia/ Foto: YouTube CXO Media

Saat ini Hafsah Amalia bertempat tinggal di kota Hasselt, Belgia. Saking sedikitnya penduduk di sana, jarak antar rumah pun sangat berjauhan. Di sana Hafsah tak cuma bertetangga dengan manusia saja, tapi juga hewan seperti kuda.

"Jadi benar-benar kuda yang dipakai buat pacuan kuda gitu. Jadi emang penduduk di sini tuh memelihara kuda, ya emang buat mereka sendiri," ucapnya.

Lebih lanjut, Hafsah Amalia mengungkap perbedaan aktivitasnya di Belgia sebelum dan saat pandemi berlangsung. Dahulu, Hafsah biasanya senang bersepeda ke kampus, lantaran jarak rumah dengan kampus sangat dekat. Sekitar 10 menit jika naik bus.

Tinggal di kota kecil membuat Hafsah agak kesulitan mencari transportasi umum, Bunda. Di hari biasa saja, bus datang setiap satu jam sekali. Kalau akhir pekan, Hafsah harus menunggu empat jam sekali untuk bus datang melintas di daerahnya.

Perkuliahan pun full online di sana karena pandemi. Keluar dari rumah pun hanya untuk keperluan laundry atau belanja kebutuhan sehari-hari.

Selain itu, tak sulit menurut Hafsah untuk mencari toko yang menjual makanan halal di kotanya. Di pusat perbelanjaan tak jauh dari tempat tinggalnya menyediakan toko daging dan makanan lain yang halal. Sebagai 'anak kos', Hafsah pun kadang merindukan jajanan pinggir jalan seperti di Asia.

Sayangnya di Belgia tak ada, Bunda. Hafsah pun cuma beli kebab atau pizza yang dianggapnya sebagai makanan murah di sana.

"Terus misalnya lagi rindu Tanah Air. Misalnya sama teman-teman Indonesia kita juga sering kumpul-kumpul nih buat masak rendang atau masak cilok sih biasanya gitu yang gampang," tuturnya.

Hafsah juga membagian fakta unik di Belgia. Toko-toko di sana tutup di hari Minggu, karena dipakai untuk liburan, Bunda.

"Karena memang hari libur, jadi mereka menghargai waktu," kata Hafsah.

Begitu banyak pengalaman yang Hafsah dapat selama kurang lebih setahun tinggal di Belgia. Tinggal di negeri orang, membuatnya semakin mandiri karena orang Indonesia pun tidak terlalu banyak.

"Ini bagian dari proses pendewasaan sih menurut aku. Ya, aku bersyukur sih, aku bisa pergi ke sini, gitu," ucapnya.


(aci/fir)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda