Jakarta -
Saat anak jadi korban intimidasi atau
bullying, kepribadian dan masa depannya bisa terpengaruh. Untuk itu, dukungan penting kita beri ke mereka.
Waktu ngobrol sama HaiBunda, psikolog anak dan remaja, Yasinta Indrianti MPsi dari EduPsycho Research Institute yang akrab disapa Sinta mengungkapkan dukungan yang bisa kita berikan sebagai orang tua atau orang dewasa di sekitar anak ketika mereka jadi korban bullying.
Baca juga:
Agar Bullying Nggak Berlarut-larut, Tanamkan Agar Anak Berani Bicara1. Acceptance (Penerimaan)Kata Sinta, anak yang sudah menjadi korban bullying akan susah menerima dirinya sendiri dan kadang nggak sedikit lho, Bun, orang lain yang juga nggak mau menerima anak yang jadi korban bullying.
"Suka ada kata-kata, 'Ya udahlah, lupain aja ntar juga adem sendiri'. Kadang orang tua juga lho yang ngebuat anak nggak bisa menerima dirinya sendiri setelah terkena bullying," kata Sinta.
Sinta menyarankan untuk tidak denial atau menolak bahwa memang si kecil jadi korban bullying dan kita dukung. Menurut Sinta, coba dengarkan anak dan posisikan diri kita sebagai orang tua seperti anak yang mengalami tindakan bullying tersebut.
"Ketika kita menerima dan mendengarkan anak, maka anak pun akan merasa aman di dekat kita dan membuat anak jadi lebih mudah mengeluarkan isi hatinya. Kita pun bisa lebih mudah masuk ke anak," papar Sinta.
Ketika anak merasa aman di dekat kita maka dia akan mudah bercerita apapun ke kita. Nah, ketika sudah diketahui masalahnya kita sebagai orang tua jadi lebih mudah mencari jalan keluar atau solusinya.
2. Acknowledgment (Penghargaan)Setelah mendengarkan dan menerima anak, kita juga bisa membantu mereka menggali potensi dirinya agar lebih percaya diri.
"Ajari anak dan edukasi anak ke hal-hal yang positif," imbuh Sinta.
Edukasi anak bahwa perilaku positif itu butuh proses dan jelaskan bahwa tiap orang punya potensi dan kelebihan masing-masing. Tapi kadang, kata Sinta, karena budaya masih ada orang yang segan menonjolkan kelebihan diri, termasuk para orang tua. Untuk itu, kita juga mesti mencontohkan ke anak supaya percaya diri sama kemampuan yang dimiliki, Bun.
"Nggak usah anak-anak, orang dewasa pun kadang suka bingung kan kalau ditanya kelebihan diri," papar Sinta.
Coba sekarang diubah yuk, Bun, pola pikirnya. Tularkan budaya positif ke anak dan bantu anak untuk lebih berani bersuara ketika ia merasa ada sesuatu yang tidak sesuai dengan porsinya.
3. Attention (Perhatian)Berikan edukasi
bullying ke anak dengan menyenangkan. Menyenangkan yang dimaksud di sini adalah jangan menghakimi atau mengomentari duluan sebelum anak menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya.
"Membimbing dan kasih contoh ke anak lebih baik daripada memberikan sikap denial pada anak, meminta melupakan atau memaafkan dan mengatakan nanti juga diem anaknya (pembully)," tutur Sinta.
Jangan lupa untuk memperbaiki pula komunikasi di rumah. Karena, dengan komunikasi yang baik anak akan lebih nyaman untuk terbuka ke orang tua. Terkadang memang orang tua ingin yang terbaik untuk anak, tapi bukan berarti kita 'menyetir' semua kehidupan anak ya, Bun.
"Jangan orang tua yang melulu memilihkan apa yang baik untuk anak, lebih baik orang tua ajarkan anak untuk memilih supaya anak tahu potensi dirinya sendiri," papar Sinta.
Selalu contohkan hal yang positif ke anak, misal jangan sering bilang 'tidak bisa', padahal dicoba saja belum. Atau, terbiasa malas bicara dan ngobrol karena nggak mau berdebat sama anak.
Baca juga:
Yang Perlu Dilakukan Ketika Anak Dicurigai Jadi Pelaku Bullying (aml/rdn)