Jakarta -
Saat virus Corona mewabah seperti sekarang, Bunda mungkin berpikir ulang untuk vaksinasi si kecil ke bidan atau rumah sakit. Namun, para ahli memperingatkan karena penundaan bisa menyebabkan masalah.
"Imunisasi adalah layanan kesehatan penting yang mungkin dipengaruhi oleh pandemi
COVID-19Â saat ini," demikian pernyataan Badan Kesehatan Dunia (WHO), mengutip
The Guardian.
Namun WHO memperingatkan, gangguan layanan imunisasi, bahkan untuk periode yang singkat, meningkatkan kemungkinan penyakit yang dapat dicegah jadi rentan terhadap wabah (VPD), seperti campak.
Di tengah krisis kesehatan karena adanya COVID-19, sebagian orang tua mungkin cemas membawa anak-anak vaksinasi di rumah sakit. Sementara itu, penyedia layanan harus menjaga keamanan diri saat merawat pasien anak secara langsung, dan jika tidak, anak mana yang diprioritaskan.
Dalam kondisi pandemi Corona seperti saat ini, American Academy of Pediatrics (AAP) menekankan, vaksinasi anak-anak terutama yang lebih muda itu prioritas utama, Bunda.
Menurut para ahli, kondisi seperti ini bisa menyebabkan imunisasi tertunda, paling buruk bisa menyebabkan wabah atau bahkan berpotensi epidemi. Tingkat masalah tergantung pada berapa lama vaksinasi terlewat, lalu apakah anak-anak sudah melewatkan satu atau dua dosis sebelum kembali ke sekolah atau tempat penitipan anak.
Di Amerika Serikat misalnya, di Cook Children's Pediatrics Trophy Club di Texas, pemeriksaan anak-anak sehat yang berusia lebih dari 18 bulan sementara ini ditunda. Spesialis anak di sana, Justin Smith menyarankan untuk menjadwal ulang pada Mei mendatang.
 Ilustrasi bayi imunisasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Prostock-Studio |
Demikian juga di Mary's Center, pusat kesehatan masyarakat di Washington DC dan Maryland, memutuskan untuk menghentikan imunisasi dalam 15 bulan.
"Banyak pasien kami harus naik tiga atau empat bus untuk mencapai pusat medis," kata direktur pedriati di sana, Jessica Schroeder.
Menurut Schroeder, kondisi ini membuat pasien bisa terkena banyak paparan ketika mencoba pergi ke klinik.
Dokter di AS seharusnya memberikan dosis vaksin yang sama setiap beberapa bulan kepada bayi. Itu bisa menangkal kondisi serius seperti rotavirus, pertusis (batuk rejan), tetanus dan polio, sesuai dengan jadwal imunisasi anak dan remaja, yang direkomendasikan untuk tahun ini.
"Bisakah kita memprediksi wabah, katakanlah, enam bulan dari sekarang? Ya, saya pikir kita bisa," kata Leila M. Iravani, dokter anak di Total Pediatrics of Orange County di Costa Mesa, California.
"Saya pikir begitu. Kita akan melihat anak-anak yang sakit karena mereka tidak diimunisasi," ujar Iravani.
Sementara itu, dijelaskan Dr Nadeera Nilupamali pendiri dan Wakil Presiden (Produk) ImmunifyMe Healthcare Technologies Pvt Ltd, setiap negara perlu mengukur risiko epidemiologis penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin di antara populasi dan kelompok rentan.
"Pemerintah bisa menyebarluaskan staf layanan kesehatan dan membuat layanan vaksinasi bergerak, atau mereka bisa memanggil hanya salah satu orang tua untuk menemani anak ke klinik vaksinasi yang mencakup satu wilayah pada satu waktu," saran Nilupamali, mengutip
Indian Express.
Ia menambahkan, orang tua juga disarankan agar tidak membawa anakÂ
imunisasi jika mereka atau anak mereka mengalami gejala infeksi pernapasan seperti demam, sakit tenggorokan, pilek, sesak napas atau batuk, atau baru kembali dari luar negeri dalam 14 hari terakhir, atau sedang dianjurkan karantina diri.
Dijelaskan juga oleh dr.
Dicky Iskandar Nandeak, Sp.A, dari RS Bunda Jakarta, imunisasi bayi boleh ditunda selama dua sampai empat minggu. Kalau ragu, sebaiknya Bunda menanyakan jadwal ke dokter anak.
"Biasanya dibedakan harinya, antara jadwal periksa bayi sehat (imunisasi) dan bayi sakit," terang Dicky saat
 Live Instagram HaiBunda, Kamis (16/4/2020).
Simak juga 6 hal tentang virus Corona yang perlu Bunda tahu, dalam video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(muf/muf)