Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Tips Siapkan Mental Anak Penyintas COVID-19 Sebelum Sekolah Online

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Kamis, 15 Jul 2021 20:36 WIB

Covid-19 pada Anak
Tips Siapkan Mental Anak Penyintas COVID-19 Sebelum Sekolah Online/ Foto: iStock

Anak penyintas COVID-19 tetap membutuhkan dukungan secara psikologis meski sudah sembuh ya, Bunda. Sebab, bagi sebagian anak-anak, COVID-19 adalah penyakit yang menakutkan.

Dukungan ini juga berlaku bagi anak penyintas COVID-19 yang bersiap untuk masuk sekolah online. Orang tua perlu membimbing anak untuk merasa bangga pada dirinya sendiri karena sudah sembuh.

"Kita perlu apresiasi anak kalau sudah sembuh COVID-19. Katakan kalau, 'Kamu hebat karena sudah menang dalam pertarungan luar biasa. Bagaimana bisa menang? Kamu makan teratur, olahraga ringan, tidur teratur'. Jadi yang kita tanamkan bahwa dia adalah pemenang, sehingga dia merasa bangga," kata Dosen dan Psikolog Dewi Kumalasari, M.Psi, dalam Live Instagram HaiBunda, Kamis (15/7/21).

Menanamkan rasa bangga pada anak penyintas COVID-19 begitu penting. Anak bisa terhindar dari rasa malu saat harus berhadapan dengan teman-temannya ketika sekolah online.

Sejak anak sakit, Bunda sebaiknya memang memberikan pengertian yang tepat tentang COVID-19. Jangan biarkan anak berpikir bahwa virus ini adalah sebuah aib yang memalukan.

"Kalau untuk malu, kita perlu mengajarkan anak untuk menempatkan malu pada tempatnya. Sakit itu bukan aib, tapi itu siklus hidup yang bakal dialami semua orang," ujar Dewi.

"(Tanamkan ke anak) Kalau sakit itu kita harus mencari bantuan, jadi enggak perlu malu," sambungnya.

Selain apresiasi, Bunda pun perlu menanamkan rasa percaya diri ke buah hati ya. Bagaimana caranya? Jangan menghakimi anak karena sakitnya.

Saat anak mulai sekolah online, orang tua enggak boleh berkomentar negatif ke anak karena tidak bisa belajar dengan baik. Ingat ya, kita harusnya memberikan anak ruang untuk eksplorasi.

"Kepercayaan diri pada anak sebetulnya adalah bentuk reaksi dia terhadap penilaian di sekelilingnya. Kalau kita percaya ke anak, anak akan berpikir dia mampu, bisa, dan berharga. Kita berikan ruang bagi anak untuk eksplorasi tanpa harus dilabel, dikritik, atau dihakimi. Tanpa disadari, anak bisa menjadi enggak percaya diri karena komentar dari kita," ujar Dewi.

Bagi sebagian anak, rasa percaya diri baru bisa muncul secara bertahap. Jadi, Bunda jangan kecewa kalau tidak langsung berhasil ya. Ingat, tujuan kita yang sebenarnya adalah menghilangkan rasa tidak percaya diri itu.

"Anak akan percaya diri kalau dia nyaman pada dirinya sendiri," ungkap Dewi.

Selain anak penyintas COVID-19, sifat ini juga bisa diajarkan ke anak saat dia terpapar COVID-19. Simak penjelasan lengkap di halaman berikutnya ya.

Simak juga panduan isolasi mandiri untuk ana poksitif COVID-19, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]


PENTINGNYA KOMUNIKASI SAAT ANAK TERPAPAR COVID-19

Covid-19 pada Anak

Tips Siapkan Mental Anak Penyintas COVID-19 Sebelum Sekolah Online/ Foto: iStock

Dewi mengatakan bahwa komunikasi ke anak itu penting saat dia terpapar COVID-19. Meski anak menjalani isolasi mandiri, orang tua perlu memberikan penjelasan agar anak tidak khawatir dengan keadaannya.

"Komunikasi ke anak itu sebetulnya dengan bahasa yang mudah dipahami. Ketika kita dalam kondisi yang sangat tidak baik, kita harus ajarkan anak terus berpikir positif untuk sembuh," kata Dewi.

"Berikan pengertian pada anak, misalnya 'Biar sakitnya enggak pindah ke Bunda, kamu makan yang benar, tidurnya harus begini, dan enggak bisa main dahulu ya. Kamu juga harus pisah dahulu dengan kita'."

Selain itu, Bunda juga perlu membebaskan anak memilih untuk tetap sekolah online atau tidak ketika isoman. Bila si Kecil merasa tidak siap atau kuat, jangan paksa dia sekolah ya.

"Sekolah online itu tergantung kondisi anak karena setiap anak punya gejala yang berbeda. Ketika anak merasa butuh waktu yang banyak untuk istirahat, biarkan istirahat. Jangan lupa untuk konsultasi ke dokter. Jadi balik lagi ke consent anaknya, kita berikan dia kebebasan untuk memutuskan karena hanya dia yang paling tahu kondisi tubuhnya," ujar Dewi.


(ank/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda