Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Angka Siswa Putus SD Meningkat Saat Pandemi, 5 Kali Lipat Dibanding 2019 Bun

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Senin, 20 Sep 2021 16:59 WIB

Siswa-Siswi kelas 5 menjalani ujian penilaian akhir sekolah di SD Negeri Kota Baru 2 dan 3, Bekasi Barat, Kota Bekasi, Jawa Barat, Senin (7/6/2021). Ujian ini dilaksanakan secara tatap muka dengan menerapakan protokol kesehatan yang ketat dan membagi beberapa sesi kelas untuk ujian. Satu kelas terdiri dari 15 anak. Ujian ini berlangsung hingga 12 Juni 2021. Hanya kelas 4 dan 5 yang melakukan ujian tatap muka kelas lainnya laksanakan ujian secara daring.
ilustrasi anak SD/ Foto:Agung Pambudhy

Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas tampaknya benar-benar didukung oleh setiap pihak, Bunda. Selain Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate juga mendukung ini.

Ia mengungkap PTM terbatas merupakan upaya menyelamatkan anak-anak Indonesia dari risiko dampak negatif Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara berkepanjangan.

Menkominfo menyebut bahwa anak-anak Indonesia dikhawatirkan akan sulit mengejar ketertinggalan jika tak segera menerapkan PTM terbatas. Ya, tujuannya, tak lain untuk menghindarkan generasi muda Indonesia dari learning loss atau penurunan capaian pembelajaran, Bunda.

"Percepatan penuntasan vaksinasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) bisa menjadi dorongan untuk mengembalikan anak ke sekolah secara terbatas," kata Menkominfo dalam keterangan tertulis, dikutip dari detikcom.

Sejalan dengan pendapat Mendikbudristek beberapa waktu lalu, Bunda, Menkominfo menilai PJJ berkepanjangan bisa berdampak besar dan permanen pada pelajar Indonesia. Ia menyebutkan sejumlah dampak yang sangat diantisipasi, di antaranya putus sekolah, penurunan capaian pembelajaran, dan kesehatan mental serta psikis anak-anak.

"Pandemi COVID-19 telah menyebabkan learning loss yang sangat signifikan. Jika dibiarkan secara jangka panjang, semua ini bisa menjadi risiko yang lebih besar dibandingkan risiko kesehatan," kata Menkominfo.

Terkait ini, menurut riset yang dilakukan oleh INOVASI dan Pusat Penelitian Kebijakan (Puslitjak) Kemendikbud Ristek, Menkominfo mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia sudah kehilangan 5-6 bulan pembelajaran per tahun, Bunda.

Tak hanya itu, Riset Bank Dunia menunjukkan dalam kurun waktu 0,8 sampai dengan 1,3 tahun, compounded learning loss atau penurunan capaian pembelajaran dengan kesenjangan antara siswa kaya dengan siswa miskin meningkat 10 persen.

Riset yang sama pun menyatakan bahwa tingkat putus sekolah di Indonesia meningkat sebesar 1,12 persen. Angka tersebut 10 kali lipat dari Angka Putus SD Tahun 2019. Bahkan, Bank Dunia memperkirakan ada 118.000 anak usia SD di Indonesia yang tidak bersekolah saat ini, Bunda.

"Angka tersebut lima kali lipat lebih banyak daripada jumlah Anak Putus SD Tahun 2019," tutur Menkominfo.

Terkait penyelematan anak-anak Indonesia dari learning loss, ini juga disinggung oleh Mendikbudristek baru-baru ini agar Pemda mempercepat vaksinasi PTK dengan harapan sekolah tatap muka semakin banyak diselenggarakan. Baca kelanjutannya di halaman berikut ya, Bunda.

Simak juga lima alasan Nadiem Makarim ingin PTM segera dilaksanakan:

[Gambas:Video Haibunda]



MENDIKBUDRISTEK MINTA PEMDA PERCEPAT VAKSINASI PTK

Siswa-Siswi kelas 5 menjalani ujian penilaian akhir sekolah di SD Negeri Kota Baru 2 dan 3, Bekasi Barat, Kota Bekasi, Jawa Barat, Senin (7/6/2021). Ujian ini dilaksanakan secara tatap muka dengan menerapakan protokol kesehatan yang ketat dan membagi beberapa sesi kelas untuk ujian. Satu kelas terdiri dari 15 anak. Ujian ini berlangsung hingga 12 Juni 2021. Hanya kelas 4 dan 5 yang melakukan ujian tatap muka kelas lainnya laksanakan ujian secara daring.

ilustrasi sekolah tatap muka/ Foto: Agung Pambudhy

Terkait learning loss atau penurunan capaian pembelajaran, Mendikbudristek Nadiem mengatakan bahwa PJJ yang berkepanjangan bisa berdampak besar dan permanen, Bunda. Ini bisa menyebabkan anak-anak Indonesia tidak bisa mengejar ketertinggalan.

Seperti yang dibahas sebelumnya, dampak tersebut antara lain dilihat dari aspek putus sekolah, penurunan capaian pembelajaran, dan kesehatan mental serta psikis anak-anak.

Untuk itu, Mendikbudristek Nadiem Makarim memohon kepada kepala daerah untuk menyelamatkan anak-anak yang mengalami learning loss.

"Generasi ini akan sangat sulit untuk mengejar ketertinggalan ke depannya. Kami harap percepatan penuntasan vaksinasi PTK bisa menjadi dorongan untuk mengembalikan anak ke sekolah secara terbatas," ujar Mendikbudristek, dikutip dari laman resmi Kemendikbud.

Penuntasan vaksinasi Covid-19 untuk PTK dalam rangka akselerasi PTM terbatas juga ditekankan oleh Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, Bunda.

"Presiden RI Joko Widodo telah memerintahkan percepatan vaksinasi untuk PTK agar PTM terbatas segera dimulai," ujar Menkes.

Menkes mengatakan, dari target sekitar 5,5 juta jiwa guru dan tenaga kependidikan, baru Provinsi DKI Jakarta dan DI Yogyakarta yang angka ketuntasan vaksinasinya mencapai lebih dari 90 persen, sedangkan provinsi lain jauh berada di bawah.

"Saya minta tolong kepada dinas kesehatan, saya juga sudah bicara dengan TNI dan Polri, agar guru dan lansia menjadi prioritas vaksinasi Covid-19. Kepala Dinas Pendidikan bisa juga mengejar Kepala Dinas Kesehatan agar bisa mengakselerasi suntikan untuk 3,5 juta tenaga pendidik," katanya dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Percepatan Penuntasan Vaksinasi Covid-19 Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) dengan pemerintah daerah (pemda), pada 15 September.

Pelaksaan PTM di Indonesia juga disorot oleh UNICEF dan WHO, Bunda. Ada beberapa syarat yang WHO minta agar pemerintah Indonesia memperhatikannya. Baca kelanjutannya di halaman berikut.

UNICEF DAN WHO DUKUNG PTM TERBATAS DI INDONESIA, TAPI..

Elementary schoolgirl enters the school cafeteria. She pauses while looking for a friend.

Foto: Agung Pambudhy

Tak terasa bahwa ternyata hampir 18 bulan sekolah-sekolah di Indonesia ditutup dalam upaya menekan laju penularan COVID-19, Bunda. UNICEF dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun mendorong agar semua sekolah di seluruh Indonesia dibuka kembali.

Namun, UNICEF dan WHO menegaskan agar sekolah menyiapkan segala hal dengan aman sehingga pembelajaran tatap muka (PTM) bisa dilanjutkan bagi semua anak sesegera mungkin.

Terkait syarat bagi sekolah yang hendak membuka kembali pembelajaran tatap muka, Dr. Paraneetharan, Perwakilan WHO untuk Indonesia menyebutkan, saat hendak membuka kembali sekolah, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah cara menerapkan protokol kesehatan yang esensial.

"Seperti menjaga jarak minimal satu meter dan memastikan murid dapat mencuci tangan dengan sabun dan air secara teratur. Namun, kita pun harus ingat bahwa sekolah tidak berada di ruang vakum. Sekolah adalah bagian dari masyarakat," ujar Dr. Paraneetharan.

UNICEF dan WHO menyarankan tiga langkah prioritas untuk sekolah dalam menyelenggarakan kembali PTM terbatas sebagai berikut:

1. Mengadakan program dengan sasaran khusus untuk mengembalikan anak dan remaja ke sekolah dengan aman, tempat mereka dapat mengakses pelbagai layanan yang memenuhi kebutuhan belajar, kesehatan, kesejahteraan psikososial, dan kebutuhan lain dari anak.

2. Merancang program remedial atau program belajar tambahan untuk membantu murid mengejar pembelajaran yang hilang sambil membantu mereka memahami materi-materi baru.

3. Mendukung guru agar dapat mengatasi kehilangan pembelajaran, termasuk melalui teknologi digital.


(aci/fir)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda