Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Nadiem Tak Setop PTM Meski Muncul Ribuan Klaster COVID-19, Ini Kata IDAI

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Jumat, 24 Sep 2021 13:38 WIB

Anak sekolah
Ilustrasi Ruang Kelas di Sekolah/ Foto: iStock

Pembelajaran Tatap Muka (PTM) sudah mulai berlangsung selama beberapa pekan. Sejumlah klaster COVID-19 dikabarkan muncul karena PTM ini, Bunda.

Kasus positif COVID-19 mulai ditemukan di lingkup Sekolah Dasar (SD). Total ada 1.296 klaster baru COVID-19 di masa PTM per 20 September 2021. Kasus positif paling banyak berasal di SD, yakni 6.908 siswa tercatat positif COVID-19.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menjelaskan bahwa pihaknya masih terus memonitor temuan kasus ini, Bunda. Namun, dia menegaskan bahwa PTM tidak akan diundur.

"Itu terus kita monitor, itu temuannya. Bukan berarti PTM-nya akan diundur, masih harus jalan, terbuka, tapi sekolahnya masing-masing kalau ada kasus klaster ya harus ditutup segera, memang seperti itu," kata Nadiem, dikutip dari detikcom.

5 kebiasaan aneh orang IndonesiaFoto: Mia Kurnia Sari

Nadiem juga menegaskan, belajar tatap muka tidak akan dihentikan meski klaster COVID-19 mulai muncul. Namun, sekolah bisa ditutup sementara bila ada klaster COVID-19 ditemukan dalam lingkup sekolah tersebut.

"Tidak, tidak (dihentikan). PTM terbatas masih dilanjutkan, prokes (protokol kesehatan) harus dikuatkan dan sekolah-sekolah di mana ada situasi seperti itu harus ditutup segera sampai aman," ujarnya.

Terkait temuan kluster di masa PTM, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Aman Bhakti Pulungan, SpA(K) tidak banyak berkomentar. Ia hanya mengatakan bahwa IDAI tetap pada rekomendasi yang sudah dikeluarkan terkait PTM pada bulan Agustus lalu, Bunda.

"IDAI tetap sesuai apa rekomendasi kita," kata Aman ketika dihubungi HaiBunda, Jumat (24/9/21).

Sebelumnya, Aman Pulungan sempat menyampaikan, PTM bisa dilakukan atas izin orang tua murid. Dalam rekomendasinya, IDAI pun menjelaskan perihal keputusan sekolah bisa tutup kembali di masa pandemi.

Simak penjelasan Aman Pulungan di halaman berikutnya.

Simak juga 6 alasan Nadiem Makarim ingin sekolah segera tatap muka, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

PENDAPAT KETUA IDAI TENTANG SEKOLAH TATAP MUKA

Anak sekolah

Ilustrasi Anak Sekolah/ Foto: iStock

Menurut Aman Pulungan, sekolah tatap muka memang diperlukan demi mengejar pendidikan anak yang tertinggal selama masa pandemi. Selain itu, sekolah tatap muka juga bisa memengaruhi masa depan anak.

"Sekolah ini memang harus segera, jadi kalau kita lihat pandemi sudah 18,19, atau 20 bulan. Kita melihat tentu ada sistem kesehatan terganggu, disrupsi aktivitas ekonomi, pendidikan, ini development indeks kita. Nah, outcome-nya nanti saat remaja tidak siap untuk pekerjaan. Banyak yang tidak sekolah juga jadi early marriage dan kehamilan dini," kata Aman, dikutip dari Instagram IDAI, Kamis (23/9/21).

Meski begitu, Aman juga melihat bahwa COVID-19 ini bisa mengancam nyawa anak. Menurut data, ada 50 persen anak di bawah 5 tahun yang meninggal karena COVID-19 di Indonesia.

"Kalau kita lihat keadaannya, anak kita juga banyak yang meninggal. Jadi, sampai saat ini yang meninggal 1.500 lebih atau hampir 1.600. Yang menyedihkan ini 50 persennya di bawah 5 tahun dan sekitar 30 persen adalah remaja," ujarnya.

Pada bulan Agustus lalu, IDAI telah mengeluarkan rekomendasi terkait PTM. Simak penjelasan lengkap di halaman berikutnya.

REKOMENDASI IDAI TERKAIT PEMBUKAAN SEKOLAH DI MASA PANDEMI

Anak sekolah

Ilustrasi Anak Sekolah/ Foto: iStock

Pada Agustus lalu, IDAI telah memberikan pandangan terkait pembukaan sekolah. Salah satunya tentang syarat anak bisa PTM, yakni sudah mendapatkan vaksin COVID-19 untuk usia yang diwajibkan. Begitu pun dengan guru dan perangkat sekolah harus sudah divaksinasi.

Dalam poin keempat, IDAI menyampaikan bahwa keputusan pembukaan sekolah dibuat secara berkala melalui evaluasi mingguan. Sekolah berkoordinasi dengan pemerintah daerah, dinas kesehatan dan dinas pendidikan memutuskan membuka atau menutup sekolah dengan memperhatikan kasus harian.

Sebagai contoh, jika ada satu kasus di sekolah, maka sekolah dengan bantuan dinas kesehatan harus segera melakukan tracing, kelas atau sekolah yang terpapar ditutup sementara, memberitahu pihak-pihak terkait dan melakukan mitigasi kasus.

"Pertimbangan untuk menghentikan kegiatan tatap muka dan mengganti dengan kegiatan yang sesuai, berdasarkan hasil keputusan oleh berbagai pihak termasuk orangtua, guru, sekolah, pemerintah daerah, dinas kesehatan dan dinas pendidikan. Kelas atau sekolah dapat dibuka kembali jika sudah dinyatakan aman," demikian isi pandangan IDAI.


(ank/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda