Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

3 Cara Bedakan Gejala Alergi dan Gangguan Saluran Cerna Fungsional pada Anak

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Kamis, 14 Oct 2021 08:22 WIB

Bayi menangis
Ilustrasi Bayi alergi/ Foto: dok. iStock

Bunda pernah dengar fungsional gastrointestinal disorder (FGDI) atau gangguan saluran cerna fungsional pada bayi? Masalah kesehatan pada anak ini ternyata memiliki gejala yang sama seperti alergi lho.

Secara umum, bayi memang rentan mengalami gangguan di saluran cerna. Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi, dr. Frieda Handayani, SpA(K), mengatakan, hal tersebut dapat terjadi karena saluran cerna anak belum berkembang secara sempurna di dua tahun pertama kehidupannya.

"Dua tahun pertama adalah masa emas yang dapat terganggu bila ada masalah di saluran cerna. Anak sering mengalami infeksi, sehingga akan kehilangan kesempatan. Daya tahan tubuhnya belum berkembang sempurna, sehingga rentan infeksi," kata Frieda, dalam 'Webinar Gejala Alergi Saluran Cerna VS Gangguan Saluran Cerna Fungsional: Cara Membedakannya' oleh Danone Specialized Nutrition Indonesia via Zoom, Rabu (13/10/21).

Gangguan saluran cerna fungsional

Gangguan saluran cerna fungsional adalah gejala saluran cerna kronis yang terjadi dalam jangka panjang maupun berulang. Penyebabnya tidak dapat dijelaskan baik secara struktur ataupun biokimia.

Jenis gangguan saluran cerna fungsional yang paling umum dialami anak adalah kolik, gumoh, dan konstipasi. Gumoh dialami hampir 30 persen anak di bawah usia 6 bulan. Sementara itu, kolik dialami sekitar 20 persen bayi di awal kelahirannya, konstipasi 15 persen, dan diare kurang dari 10 persen.

Penyebab gangguan ini cukup kompleks, Bunda. Faktor biologis, psikososial, dan faktor lingkungan atau budaya bisa memengaruhi anak terkena gangguan saluran cerna fungsional.

"Faktor biologis disebabkan karena sistem pencernaan anak belum matang di awal kehidupannya. Psikososial bisa karena hubungan antara orang tua di rumah dan pola asuh. Sedangkan faktor lingkungan atau budaya dapat disebabkan kebiasaan pemberian MPASI yang menimbulkan masalah di saluran cerna bayi," ujar Frieda.

Lalu apa beda gejala pada gangguan ini dengan gejala alergi ya, Bunda? Baca halaman berikutnya ya.

Simak juga 7 tahapan perkembangan bayi 1 bulan, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

GEJALA ALERGI PADA ANAK

Newborn baby crying in mother hands

Ilustrasi Bayi alergi/ Foto: Getty Images/damircudic

Alergi pada anak

Alergi merupakan suatu reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh suatu mekaisme imunitas tertentu.

Penyebab alergi bayi di bawah 6 bulan yang paling sering adalah alergi susu sapi. Sementara di atas 6 bulan bisa mengalami alergi makanan hingga debu.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat angka kejadian anak alergi susu sapi sebesar 2 sampai 7,5 persen, dengan kasus tertinggi terjadi pada usia awal kehidupan.

"Alergi susu sapi biasanya terjadi dalam satu bulan pertama kehidupan atau setelah bayi mendapatkan protein susu sapi selama satu minggu lamanya," kata Frieda.

Gejala alergi bisa muncul di mana saja, Bunda. Namun, paling banyak di saluran cerna (50-60 persen) dan kulit (50-70 persen).

Sama seperti gangguan saluran cerna fungsional, gejala alergi bisa berupa kolik, gumoh, dan konstipasi. Beberapa di antaranya pun dapat mengalami muntah, mual, hingga diare.

Bagaimana membedakan gejala anak alergi dan mengalami gangguan saluran cerna fungsional? Simak penjelasan lengkap di halaman berikutnya ya.

CARA BEDAKAN GEJALA ALERGI DAN GANGGUAN SALURAN CERNA FUNGSIONAL

Crying little baby in the arms of her mother in a living room.

Ilustrasi Bayi alergi/ Foto: iStock

Cara bedakan gejala alergi dan gangguan saluran cerna fungsional

Gejala gangguan saluran cerna dapat menjadi manifestasi alergi lho. Untuk itu, Bunda perlu tahu cara membedakan dua masalah kesehatan anak ini ya.

Nah, berikut 3 cara membedakan gejala alergi dan gangguan saluran cerna fungsional pada anak:

1. Riwayat alergi

Bunda perlu mengenali riwayat alergi di keluarga untuk mengetahui sakit anak. Jika orang tua memiliki alergi, maka 60 sampai 80 persen kemungkinan menurunkannya pada anak. Sedangkan bila kakak kandung yang mengalaminya, kemungkinan bisa memiliki alergi sampai 60 persen.

2. Melakukan eliminasi makanan

Bunda perlu melihat apakah gangguan fungsional di saluran cerna anak hanya terjadi sementara atau tidak ya. Misalnya pada kasus bayi kolik, Bunda disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan mengandung susu sapi selama 2 sampai 3 minggu untuk melihat ada atau tidak perbaikan kondisi anak.

"Kalau ada alergi, biasanya gejalanya akan membaik. Tapi kalau tidak ada perbaikan, perlu dipikirkan penyebab lainnya," kata Frienda.

3. Mengenali tanda bahaya

Pada anak yang mengalami gangguan saluran cerna fungsional, gejala sakit tidak akan mengganggu tumbuh kembangnya. Artinya, berat badan anak tetap naik sesuai kurva tumbuh kembang dan mood anak tidak terganggu.

Sedangkan alergi dapat memengaruhi kualitas hidup dan tumbuh kembang anak. Gejala alergi yang menimbulkan tanda bahaya harus segera ditangani oleh dokter.

"Alergi dapat melibatkan organ lain, misalnya alergi susu sapi bisa menyebabkan batuk hingga napas mengi. Sedangkan gangguan saluran cerna fungsional tidak ada manifestasi klinis, seperti di paru-paru," ungkap Frieda.


(ank/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda