Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Anak Tantrum Berlebihan Berpengaruh Terhadap Kesehatan Mentalnya? Simak Faktanya

Kinan   |   HaiBunda

Jumat, 07 Jul 2023 09:20 WIB

Ilustrasi anak tantrum atau menangis
Anak Tantrum Berlebihan Berpengaruh Terhadap Kesehatan Mentalnya/ Foto: Getty Images/iStockphoto/M-image

Tantrum menjadi salah satu kondisi yang kerap dianggap wajar bagi anak-anak. Tapi bagaimana jika anak tantrum berlebihan, akankah ini dapat memengaruhi kesehatan mentalnya di kemudian hari? 

Tantrum merupakan ledakan emosi yang biasanya ditandai dengan sikap anak keras kepala, menangis, menjerit, berteriak atau marah. Psikolog Samanta Elsener, M.Psi, Psi menyebutkan bahwa tantrum berbeda dengan stres. 

"Tantrum adalah suatu fase yang perlu mereka lewati, biasanya di usia 2 hingga 4 tahun. Fase ini karena banyak gejolak emosi yang mereka belum ketahui. Biasanya emosi, frustrasi dan kecewa jadi emosi yang dominan saat anak tantrum, ungkap Samanta saat live pada Instagram HaiBunda beberapa waktu lalu.

Sementara yang mengarah pada stres anak bisa terjadi pada kondisi lain yang dikenal sebagai sensory meltdown. Menurut Samanta, respons ini berkaitan ke arah stres karena anak merasa tertekan. 

"Misalnya anak merasa capek, mainannya terlalu banyak, mereka overwhelmed. Anak jadi emosi, marah, teriak-teriak," imbuhnya.

Penelitian ilmiah tentang tantrum berlebihan

Menurut peneliti dari Washington University School of Medicine, St. Louis, tantrum berlebihan pada anak usia prasekolah mungkin merupakan tanda masalah emosional atau perilaku yang serius.

Meskipun tantrum termasuk umum terjadi pada anak, peneliti menyebut bahwa tantrum yang lama, terlalu sering, berujung pada kekerasan dan/atau menyakiti diri sendiri dapat mengindikasikan adanya masalah mental.

"Anak-anak dapat menunjukkan perilaku ekstrem jika mereka sangat lelah, sedang sakit atau lapar. Tapi jika seorang anak secara teratur terlibat dalam perilaku tantrum tertentu, mungkin ada masalah yang mendasarinya," ujar peneliti National Institute of Mental Health (NIMH), Andrew C. Belden, Ph.D., dikutip dari Science Daily.

Lantas kondisi tantrum seperti apa yang sebaiknya segera diperiksakan ke dokter atau tenaga profesional lainnya? Simak di halaman berikut, Bunda!

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Simak video soal kesehatan mental anak dalam video di bawah ini:


KAPAN ANAK TANTRUM PERLU DIPERIKSAKAN KE DOKTER?

Ilustrasi anak tantrum

Anak Tantrum Berlebihan Berpengaruh Terhadap Kesehatan Mentalnya/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Antonio_Diaz

Dalam studi tersebut, Belden dan rekan-rekan penelitinya mengidentifikasi beberapa jenis perilaku tantrum berlebihan yang diduga kuat berhubungan dengan depresi atau gangguan mental lain, yakni:

  • Sangat agresif selama tantrum (misalnya: melempar benda)
  • Sengaja melukai diri sendiri (misalnya: mencakar hingga kulitnya berdarah, membenturkan kepala atau menggigit tangan)
  • Tantrum lebih dari lima kali sehari, selama beberapa hari berturut-turut
  • Tidak dapat menenangkan diri setelah tantrum

"Jika seorang anak tantrum dan orang tua selalu harus 'menyuap', misalnya dengan makanan atau hadiah, untuk menenangkannya, maka ini mungkin sesuatu yang lebih serius," tutur Belden.

Kapan tantrum pada anak perlu diperiksa dokter?

Dalam beberapa kasus tertentu, tantrum berlebihan pada anak mungkin memerlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter. Terutama jika memiliki kondisi sebagai berikut:

  • Orang tua mulai mudah marah atau lepas kendali saat merespons tantrum
  • Tantrum terjadi lebih sering, lebih intens, atau berlangsung lebih lama
  • Anak sering menyakiti diri sendiri atau menyakiti orang lain
  • Anak tampak sangat tidak menyenangkan, banyak berdebat, dan hampir tidak pernah mau bekerja sama
Penurun Panas Anak

Dokter dapat memeriksa masalah kesehatan yang mungkin menambah intensitas tantrum, meskipun hal ini termasuk jarang. Dikutip dari Kids Health, kadang-kadang masalah pendengaran atau penglihatan, penyakit kronis, keterlambatan bahasa, atau ketidakmampuan belajar dapat membuat anak lebih mudah tantrum.

Seiring berjalan waktu, anak sepatutnya semakin mampu mengontrol dirinya sendiri. Anak belajar untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengatasi rasa marahnya. Semoga ulasan tentang tantrum ini bermanfaat ya, Bunda.

Simak informasi lainnya mengenai anak tantrum dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]





(rap/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda