
Bundapedia
Kehamilan Serotinus
Nanie Wardhani | Haibunda
Pernahkah Bunda mendengar yang namanya kehamilan Serotinus? Mungkin istilah ini bukan istilah yang umum digunakan dalam obrolan sehari-hari, di luar dunia medis, karena itu Bunda mungkin belum pernah mendengarnya.
Sederhananya, kehamilan Serotinus adalah kehamilan yang berlangsung melebihi durasi kehamilan normal.
Apa itu kehamilan Serotinus?
Kehamilan Serotinus adalah kehamilan yang berjalan selama lebih dari 42 minggu, atau sering juga disebut sebagai kehamilan terlambat, atau post-term pregnancy. Kehamilan Serotinus bisa membuat Bunda merasa kelelahan dan mulai dilanda cemas. Bunda bisa pelajari tentang kemungkinan penyebab dan apa artinya kehamilan ini bagi Bunda dan bayi yang sedang dikandung.
Tanggal hari perkiraan lahir Bunda telah datang dan akhirnya berlalu, tapi Bunda masih hamil. Apa yang sedang terjadi? Sebelumnya, ketahuilah bahwa tanggal hari perkiraan lahir Bunda hanyalah sebuah perkiraan, atau prediksi kapan kehamilan Bunda akan mencapai usia 40 minggu.
Tanggal hari perkiraan lahir tidak menghitung kapan bayi Bunda benar-benar akan lahir. Melahirkan sebelum atau setelah tanggal hari perkiraan lahir adalah hal yang umum dan normal terjadi pada siapa pun. Bahkan kenyataannya, kehamilan hanya dianggap 'terlambat' jika sudah lewat dua minggu dari tanggal HPL.
Apa penyebab kehamilan Serotinus?
Ada beberapa faktor yang bisa dikatakan berpotensi menjadi penyebab seorang Bunda hamil memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami kehamilan Serotinus. Bunda bisa lebih mungkin mengalami kehamilan Serotinus jika:
- Kehamilan ini merupakan kehamilan pertama Bunda
- Bunda pernah melalui dua minggu melewati tanggal hari perkiraan lahir pada kehamilan sebelumnya.
- Bayi Bunda berjenis kelamin laki-laki
- Bunda memiliki indeks massa tubuh 30 atau lebih tinggi dari itu (atau bisa dianggap sebagai obesitas)
- Salah penghitungan tanggal hari perkiraan lahir Bunda. Ini bisa saja terjadi karena kebingungan tentang tanggal dimulainya periode menstruasi terakhir Bunda. Hal ini juga dapat terjadi ketika tanggal HPL dihitung berdasarkan hasil USG yang dilakukan setelah 22 minggu kehamilan.
- Dalam beberapa kasus, genetika juga dapat berperan dalam terjadinya kehamilan Serotinus.
- Walau jarang terjadi, tapi pada kasus tertentu, kehamilan yang terlambat mungkin saja terkait dengan masalah pada plasenta atau bayinya.
Namun apa pun penyebabnya, Bunda mungkin mulai merasa lelah menjalani kehamilan. Kemudian seiring berjalannya kehamilan, Bunda mungkin menjadi merasa lebih cemas dalam menjalaninya. Untungnya, kehamilan yang tertunda tidak akan berlangsung selamanya, Bunda. Persalinan bisa dimulai kapan saja.
Apa saja risiko yang muncul karena kehamilan Serotinus?
Saat usia kehamilan memasuki antara 41 minggu dan 41 minggu dan enam hari, maka kehamilan disebut kehamilan terlambat. Ketika kehamilan mencapai 42 minggu dan lebih, maka itu adalah kehamilan Serotinus. Seperti dikutip dari Mayo Clinic, ada berbagai risiko gangguan atau masalah kesehatan yang tentunya dapat muncul jika Bunda menjalani kehamilan Serotinus, di antaranya adalah:
- Bayi lahir dalam ukuran lebih besar dari ukuran lahir rata-rata, atau makrosomia janin. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kemungkinan Bunda memerlukan forsep, alat vakum, atau instrumen lain untuk membantu proses persalinan. Kondisi ini juga dapat meningkatkan risiko membutuhkan operasi caesar untuk proses persalinan Bunda.
- Bayi yang lebih besar lebih mungkin mengalami bahu tersangkut di belakang tulang panggul Bunda selama persalinan, atau yang disebut sebagai distosia bahu.
- Sindrom pasca maturitas. Kondisi ini ditandai dengan berkurangnya lemak di bawah kulit bayi; kurangnya lapisan berminyak, atau vernix caseosa; berkurangnya rambut halus dan bulu halus yang disebut lanugo; dan perubahan warna pada cairan ketuban, kulit dan tali pusat oleh gerakan usus pertama bayi yang mengeluarkan meconium.
- Kurangnya jumlah cairan ketuban, atau yang disebut oligohidramnion. Hal ini dapat mempengaruhi detak jantung bayi dan menekan tali pusat selama kontraksi berlangsung.
Kehamilan lewat waktu dan postterm dapat menyebabkan masalah terkait persalinan. Beberapa Bunda yang menjalaninya kemungkinan akan mengalami:
- Robekan vagina yang cukup parah
- Infeksi
- Perdarahan pasca melahirkan
![]() |
Adakah penanganan dan pencegahan kehamilan Serotinus?
Meski kehamilan adalah sesuatu yang berjalan secara alamiah. Namun ada beberapa hal yang bisa Bunda dan penyedia kesehatan Bunda upayakan saat menjaga kehamilan Bunda, di antaranya adalah:
1. Memantau kehamilan Bunda
Ketika Bunda lebih dari satu minggu melewati tanggal hari perkiraan lahir, dokter Bunda mungkin akan melakukan tes yang mengukur detak jantung bayi, atau yang disebut tes non-stres. Tes tersebut dapat digabungkan dengan pemeriksaan ultrasonografi untuk memeriksa profil biofisik bayi, yang terdiri dari pemeriksaan detak jantung, pernapasan, tonus otot, dan gerakan bayi. Dalam kondisi ini biasanya kondisi cairan ketuban juga akan dipantau oleh dokter.
Berdasarkan tes ini, dokter kandungan Bunda dapat merekomendasikan induksi persalinan. Induksi persalinan akan memulai kontraksi rahim sebelum persalinan dimulai dengan sendirinya.
2. Memberi bayi dorongan
Dokter kandungan Bunda mungkin akan menyarankan beberapa cara untuk membantu memulai persalinan, seperti:
- Pematangan serviks. Bunda mungkin diberikan obat untuk melembutkan dan melebarkan atau mematangkan serviks Bunda. Atau dokter Bunda mungkin akan mematangkan serviks Bunda dengan memasukkan tabung kecil atau kateter ke dalamnya dengan balon tiup di ujungnya.
- Menyapu selaput kantung ketuban. Dengan teknik ini, juga dikenal sebagai pengupasan ketuban, penyedia layanan kesehatan menyapukan jari yang bersarung tangan di atas penutup kantung ketuban di dekat janin. Ini memisahkan kantung dari serviks dan dinding rahim bagian bawah.
- Memecahkan kantung ketuban. Jika kantung ketuban Bunda masih utuh, penyedia layanan kesehatan Bunda mungkin akan mengeluarkan cairan di dalamnya dengan membuat lubang dengan kait plastik tipis. Pembukaan menyebabkan air pecah.
- Menggunakan obat untuk memulai kontraksi. Versi oksitosin (Pitocin), hormon yang menyebabkan rahim berkontraksi, dapat digunakan untuk memicu persalinan.
Biasanya, pematangan serviks, pemecahan kantung ketuban dan penggunaan Pitocin untuk memulai kontraksi dilakukan di rumah sakit di unit persalinan.
3. Tetap bertahan dan berusaha
Entah itu Bunda mengambil pendekatan menunggu dan melihat kapan bayi siap lahir secara alami, atau Bunda memilih menjadwalkan induksi, pastikan agar Bunda tetap berkomunikasi dengan penyedia layanan kesehatan Bunda. Pastikan Bunda tahu apa yang harus dilakukan jika Bunda merasa akan masuk ke proses melahirkan. Sementara itu, tetaplah berusaha tenang dan lakukan yang terbaik untuk menikmati sisa kehamilan Bunda.