
cerita-bunda
Pedasnya Mulut Ibu, Tega Bilang Aku Gembrot & Suruh Jaga Badan Saat Hamil
HaiBunda
Senin, 16 Nov 2020 19:46 WIB

Kehamilan anak kedua menjaga berkah luar biasa untukku dan suami. Meski tak direncanakan sebelumnya alias kebobolan, kami tak pernah menyesali kehadiran si utun yang akan segera lahir bulan depan.
Hari demi hari, kami lalu dengan kebahagiaan menyambut kelahirannya. Bahkan, kepayahan akibat morning sickness di awal hamil pun rasanya terbayar saat periksa ke dokter kandungan, dan berhasil mendengar detak jantungnya.
Tapi, di tengah kebahagiaan ini tetap saja ada yang mengusik kenyamananku. Entah aku yang mudah baper karena sedang hamil, atau memang sudah keterlaluan keadaanya. Ceritanya, ibuku yang terkenal bermulut pedas hampir setiap hari mengatai aku gembrot.
Rasanya kalau cuma sekali dua kali enggak masalah. Memang aku akui, di kehamilan 8 bulan ini berat badanku sudah naik 9 kg. Hal itu tentu membuat perubahan luar biasa pada penampilanku. Wajah pun terlihat bengkak dan enggak sedap dipandang.
Rasa sakit hati pun semakin menjadi-jadi saat dibandingkan dengan sepupuku yang baru melahirkan. Kebetulan, berat badannya memang enggak naik banyak saat hamil anak pertamanya. Jadi, setelah melahirkan tubuhnya kembali singset. Berbeda sekali denganku yang jadi gembrot alias gendut, menurut ibu.
Enggak cuma sampai di situ, karena ibu hampir setiap hari menelpon dan video call. Dalam setiap percakapannya, terus-terusan disinggung perubahan bentuk badanku yang berubah setelah melahirkan anak pertama.
Bahkan, dengan teganya video call, disambungkan dengan sepupuku dan disuruh mencontoh perawatan pasca melahirkan yang ia lakukan. Salah satunya memakai stagen dan korset sangat erat sampai susah bernapas. Melakukan pilis, parem kocok, hingga segala lulur tradisional yang rasanya sangat enggak nyaman di tubuh.
Jujur, pada kelahiran anak pertama aku menolak untuk memakai itu semua. Menurutku, hal itu tidak perlu dilakukan sesegera mungkin setelah partus, karena yang terpenting adalah memulihkan kondisi tubuh setelah melahirkan.
Eh ternyata, hal itu menjadi bumerang untukku sampai sekarang. Ditambah tante dan nenek ku pun ikut nimbrung, dan mengatakan kalau ibu yang habis lahiran itu harus merawat badan. Rasanya seperti diserang. Duh, Gusti, sesak di dada ini.
Sampai puncaknya, ibuku tega mengatakan hal yang sangat menusuk di hati. Baca selengkapnya di halaman selanjutnya. Klik next yuk, Bunda!
Mau berbagi cerita, Bunda? Share yuk ke kami dengan mengirimkan Cerita Bunda ke email [email protected]. Bunda yang ceritanya terpilih untuk ditayangkan, akan mendapat hadiah menarik dari kami.
Bunda, kisah Winda 'Idol' dengan sang ibu menarik untuk diikuti nih, meski saling kritik tapi.... Langsung lihat dalam video di bawah ya:
Disuruh jaga badan saat hamil sampai aku takut ambil piring
Cerita Bunda hamil dikatai gembrot/ Foto: Getty Images/iStockphoto/ronnachaipark
Berat badanku memang naik 14 kg di kehamilan yang pertama. Dari yang awalanya kerempeng aku pun terlihat berisi. Nah, baru turun 10 kg, aku diberi kepercayaan untuk hamil anak kedua.
Hal itu membuat ibuku terus-terusan nyinyir. "Kamu enggak bisa jaga badan dan gembrot baru punya anak satu. Contoh ibu ini, punya anak banyak tetap langsing." Ini hanya salah satu ucapan yang hampir setiap saat diucap ibu di hadapanku.
Lain waktu, ibuku lebih pedas lagi saat memberi nasihat. Bahkan, dengan sadisnya menyinggung kesetian suami tergantung pada tubuh istrinya. "Ingat, suami kamu masih muda, kalau enggak jaga badan, gendut, muka juga enggak dirawat ya mana tahu mereka ngapain di luar rumah."
Mendengar perkataan itu, suami sampai menenangkan aku. Dia mengatakan kalau akan setia meskipun tubuhku berubah tak semolek saat masih pacaran dulu.
Suami terkadang memilih untuk diam, atau cukup berterimaksih karena aku sudah melahirkan dan membesarkan anak dengan baik. Dia juga mengingatkan untuk tak perlu emosi menanggapi ucapan ibu yang memang kadang-kadang keterlaluan.
Ya, aku memang sering sakit hati, karena dalam kondisi hamil pun masih disuruh jaga badan dan penampilan. Bahkan membanding-bandingkan dengan orang secara sengaja.
Parahnya lagi, kalau ibu sedang berkunjung ke rumah, rasanya sampai takut mengambil piring untuk makan. Apalagi sampai mengambil camilan di kulkas atau di meja makan. Ibu pasti akan mengeluarkan ceramah panjang yang bikin telinga memerah.
Huffth kesal! Mau bilang sakit hati rasanya malu, tapi kalau dibiarkan kok rasanya juga makin keterlaluan. Mana sepupu terlihat sangat senang dijadikan contoh. Sampai malas rasanya kalau harus bertemu mereka.
Sindiran demi sindiran terpaksa harus aku telan sendirian. Untungnya, dalam kondisi pandemi seperti ini aku tidak perlu bertemu mereka sering-sering. Sehingga kesehatan mentalku bisa terjaga sampai lahiran nanti.
(Cerita Bunda Vina - Jaksel)
Mau berbagi cerita, Bunda? Share yuk ke kami dengan mengirimkan Cerita Bunda ke email [email protected]. Bunda yang ceritanya terpilih untuk ditayangkan, akan mendapat hadiah menarik dari kami.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Cerita Bunda
Hamil Saat Suami Kena PHK, Ku Menangis Histeris Tak Mau Ada Anak di Kandunganku

Cerita Bunda
Duniaku Serasa Berhenti, Suami Meninggal Saat Aku Hamil 6 Bulan

Cerita Bunda
Kesal! Aku Nabung Buat Lahiran, Malah Dipakai Suami untuk Kebutuhan Sehari-hari

Cerita Bunda
Aku Malu Hamil Anak Ketiga, Nangis Tiap Hari Sampai Berniat Aborsi

Cerita Bunda
Beratnya Hamil Sambil Merawat Nenek hingga Aku Melahirkan Bayi Prematur

Cerita Bunda
Rasanya Campur Aduk! Aku Positif Hamil tapi Divonis TB, Harus Minum Obat Tiap Hari
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda