Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

haibunda-squad

5 Masalah Ibu Bekerja dalam Manajemen ASI Perah, Begini Saran Pakar Laktasi

Muhayati Faridatun   |   HaiBunda

Rabu, 28 Oct 2020 15:24 WIB

Breast milk frozen in storage bag and baby lying on background
Ilustrasi manajemen ASI perah bagi ibu bekerja/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Pilin_Petunyia

Salah satu tantangan ibu menyusui yang kembali bekerja adalah manajemen ASI perah (ASIP). Bagaimana cara agar produksi ASI tetap terjaga, pumping di tempat kerja, hingga masalah penyimpanan.

Disampaikan pakar laktasi, dr.Sarah Audia Hasna, ibu menyusui yang akan bekerja lagi harus memulai manajemen ASI selama cuti melahirkan. Selain direct breastfeeding atau menyusui langsung, Bunda juga perlu melatih bayi minum ASI perah.

"Hindari penggunaan dot, apalagi dikenalkan sejak dini atau bayi baru lahir. Ini bisa berisiko tinggi bayi bingung puting atau menolak menyusu langsung," kata dokter Sarah, dalam Kuliah WhatsApp (Kulwap) HaiBunda: Manajemen Penyimpanan ASI Perah untuk Ibu Bekerja, pada Selasa (27/10/2020) malam.

Lalu, bagaimana ya kalau bayi sudah terlanjur menggunakan dot? Dokter Sarah menyarankan, Bunda dan bayi konsultasi ke konselor laktasi atau klinik laktasi terdekat untuk melakukan relaktasi.

"Relaktasi adalah mengembalikan bayi menyusu secara alamiah seperti semula. Insting bayi memang menyusu langsung. Jadi kalau sudah terlanjur masuk dot, mau balik menyusu langsung lagi bisa relaktasi," ujarnya.

Selain itu, ternyata banyak ibu menyusui yang mengalami masalah manajemen ASI perah saat harus bekerja lagi. Dari sekian banyak pertanyaan peserta Kulwap, berikut HaiBunda rangkum 5 masalah yang paling sering dihadapi ibu menyusui yang bekerja. Bunda lihat di halaman selanjutnya ya.

Simak juga cara mencegah mastitis yang rentan dialami ibu menyusui, dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]



Penyimpanan ASI perah

Closeup of young woman holding cute little baby in her hands, lulling him in bed. Panorama with free space

Ilustrasi manajemen ASI perah bagi ibu bekerja/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Prostock-Studio

1. Penyimpanan ASI perah

Perlu Bunda ketahui, ASI perah harus dimasukkan ke chiller (kulkas pendingin) lebih dahulu sebelum dimasukkan ke freezer, agar tidak mengalami perubahan suhu yang drastis dari suhu ruang. Nah, Bunda Icha dari Jakarta menanyakan, idealnya berapa lama ASI perah dimasukkan ke chiller sebelum ke freezer?

Dokter Sarah menjawab, sebenarnya prinsip cara menyimpan ASI perah sama dengan saat mau diberikan ke bayi. Yakni dicairkan dengan cara diturunkan dahulu dari freezer ke chiller, baru dihangatkan.

"Kalau habis pompa, harus dimasukkan ke chiller dahulu selama 6 sampai 12 jam, baru masukkan ke freezer. Tapi kalau ASI perah diberikan untuk esok hari, saya tidak merekomendasikan dimasukkan ke freezer. Kalau penyimpanan lebih bagus dan fresh di chiller. Jadi, dari cooler bag masukkan ke chiller," begitu jawabnya.

Ternyata prinsipnya sama ya, Bunda, hanya tinggal dibalik saja penyimpanannya. Jangan sampai keliru lagi ya.

ASI perah basi

Breast milk frozen in storage bag and baby lying on background

Ilustrasi manajemen ASI perah bagi ibu bekerja/ Foto: iStock

2. ASI perah basi

Bunda pernah mengalami ASI perah basi atau busuk, lalu membuangnya? Hal ini pernah dialami Bunda Gilang dari Bandung. Bunda 29 tahun ini pernah membuang 40 kantung ASI perah karena berbau busuk. Ia menanyakan, apakah ada masalah penyimpanan?

Dijelaskan dokter Sarah, ada beberapa kasus ASI yang dibekukan, dicairkan, lalu dipanaskan, baunya memang anyir seperti bau besi, kalau dirasakan agak amis. Perlu Bunda tahu, itu karena kandungan tinggi lipase, yakni salah satu enzim dalam ASI.

Sebenarnya, kata Sarah, indikator utama apakah kualitas ASI masih bagus atau tidak adalah bayinya. Kalau bayi biasanya minum ASI perah mau, lalu tiba-tiba malas-malasan padahal dalam kondisi dia tidak sakit, dilepeh kayak enggak suka, mungkin ada masalah pada ASI Bunda.

"ASI itu tidak gampang basi. Bahkan ASI yang disimpan dalam frezeer khusus, lalu mati listrik lama sampai 8 jam, ASI bekunya masih bagus. Jadi tidak semudah itu ASI basi," dokter Sarah menjelaskan.

Ia menambahkan, kalau bayi benar-benar tidak mau, semua ASI perah basi mungkin ada masalah penyimpanan. Apakah wadah sudah tertutup rapat, adakah kontaminasi bahan lain, lalu kalau pakai plastik ASI apakah ada kontaminasi sebelumnya, dan saat disimpan di chiller juga bagaimana kondisinya? Jadi, banyak kemungkinan yang harus Bunda cermati ya.

ASI perah bikin bayi jarang BAB

Manual breast pump, mothers breast milk is the most healthy food for newborn baby. Happy mother with baby at background

Ilustrasi manajemen ASI perah bagi ibu bekerja/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Pilin_Petunyia

3. ASI perah bikin bayi jarang BAB?

Seiring bertambah usia bayi, semakin berkurang frekuensi buang air besar (BAB). Inilah yang dikatakan dokter Sarah, saat salah satu peserta Kulwap curhat kalau bayinya jadi jarang BAB setelah diberi ASI perah.

Bunda Tria asal Tangerang menanyakan, apakah durasi BAB bayi ASI direct breastfeeding berbeda dengan minum ASIP? Pasalnya, bunda 34 tahun ini sedang working from home (WFH) dan bayinya usia 3 bulan sudah diberi ASIP selama 8 jam.

"Tapi tiba-tiba BAB-nya jadi jarang, 4 hari sekali yang tadinya sehari sekali," kata Bunda Tria.

Dokter Sarah pun menjawab, bayi usia 3 bulan memang wajar kalau BAB enggak rutin lagi seperti bayi baru lahir, yang BAB 5 kali bahkan sampai 8 kali sehari. Selama full ASI dan bayi masih ceria, normal saja kalau frekuensi BAB berkurang seiring bertambah usia.

"Bayi usia 3 sampai 4 bulan penyerapan di ususnya makin sempurna, komposisi ASI juga makin matang, jadi agak lebih lama BAB, itu masih wajar," jawab Sarah.

Perlu Bunda amati juga, bayi tetap aktif, kenaikan berat badan bagus, tetap ceria, enggak kembung, dan enggak rewel karena kolik. Dokter Sarah juga menyarankan, Bunda lakukan pijat ILU alias bentuk I Love You.

"Bisa lihat video (pijat ILU) di YouTube. Habis mandi, bayi dipijat biar lebih lancar BAB," ucapnya.

Pumping di tempat kerja

Automatic breast pump, mothers breasts milk is the most healthy food for newborn baby. Happy mother with babys at bed room ,home,vintage color

Ilustrasi manajemen ASI perah bagi ibu bekerja/ Foto: iStock

4. Pumping di tempat kerja

Ibu menyusui yang kembali bekerja kadang merasa galau saat harus pumping di tempat kerja, apalagi selama pandemi Corona begini. Bagaimana menjamin kebersihan ASI perah juga pompanya? Seperti yang ditanyakan Bunda Dennis dari Tangerang Selatan.

Ia ingin memastikan bagaimana cara sterilisasi pompa ASI saat di kantor, sementara harus digunakan lebih dari dua kali. Bunda mungkin pernah mengalami ya, bagaimana ribetnya pumping di tempat kerja.

Idealnya, kata dokter Sarah, alat perah dicuci dengan sabun khusus alat perah, sterilisasi dengan direndam air panas beberapa menit, masukkan wadah khusus yang kedap, lalu simpan di kulkas atau cooler bag. Lalu, bagaimana kalau itu tidak memungkinkan dilakukan di kantor?

"Bunda bisa siram air panas, jangan dilap pakai tisu, cukup dikibaskan saja sampai agak kering, lalu masukkan kotak khusus yang kedap, lalu masukkan cooler bag," begitu solusi dokter Sarah.

Ia menambahkan, "Kalau lagi pandemi, saya enggak menyarankan simpan di kulkas kantor karena gabung dengan yang lain. Jadi, sebisa mungkin kita bawa semua sendiri, di cooler bag besar itu lebih baik."

Produksi ASI menurun

Breast milk pump and baby lying on the white bed

Ilustrasi manajemen ASI perah bagi ibu bekerja/ Foto: Getty Images/iStockphoto/comzeal

5. Produksi ASI menurun

Setelah bekerja lagi, tak sedikit ibu menyusui yang mengalami penurunan produksi ASI. Dokter Sarah juga tak menampik, hal ini banyak dikeluhkan ibu menyusui yang bekerja. Seperti dialami Bunda Icha dari Jakarta dan Bunda Mayang asal Bekasi.

Disarankan dokter Sarah, saat ibu bekerja ingin meningkatkan produksi ASI, kuncinya adalah pumping di tempat kerja per 3 jam. Kalau memang sangat menurun, bisa konsultasi ke dokter laktasi, biasanya disarankan pumping per 2 jam untuk menaikkan produksi.

"Jadi kuncinya, konsisten pumping, minum ASI booster, cari oksitosin sendiri yang bikin Bunda happy. Jangan lupa, malam hari sebelum tidur juga pumping. Kalau perlu power pumping untuk menggantikan saat bayi sedang growth spurt atau minum lebih banyak dari biasanya," tuturnya.

Dokter Sarah lalu menjelaskan, power pumping itu misalnya, Bunda pilih tiga hari dalam satu minggu misal Senin, Selasa, dan Rabu. Bunda pilih antara jam 10 - 12 siang untuk pumping selama dua jam.

Caranya, pumping pertama di payudara kanan selama 20 menit, istirahat 10 menit, lalu pumping payudara kiri selama 10 menit, istirahat 10 menit, pumping lagi 10 menit, begitu seterusnya sampai dua jam.

"Ini biasanya bisa menaikkan produksi. Kalau saat tidak power pumping, bisa pumping dini hari jelang Subuh, jadi tetap konsisten," Sarah menambahkan.

Perlu Bunda ingat juga, kalau anak sudah usia 1 tahun atau lebih, wajar saja jika produksi ASI menurun. Dokter Sarah mengatakan, kebutuhan nutrisi anak usia 1 tahun atau lebih 70 persen dari makanan, yakni 3 kali makan besar dan 2 kali snack, serta sekitar 30 persen ASI perah.

"Kalau susu formula yang dibutuhkan sekitar 500 ml sehari, kalau ASI masih menyusu langsung, ASI perah dikasih 300 ml atau 200 ml enggak masalah. Apalagi menjelang usia dua tahun sudah bisa dicoba UHT, atau yang lain, jadi lebih bebas," tuturnya.

Jadi, ibu menyusui yang bekerja enggak perlu khawatir lagi ya. Selamat mencoba tips dokter Sarah dan semoga bermanfaat.


(muf/muf)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda