Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

haibunda-squad

9 Kondisi Ini Bisa Timbulkan Trauma Melahirkan, Bagaimana Solusinya?

Muhayati Faridatun   |   HaiBunda

Senin, 15 Feb 2021 18:32 WIB

A pregnant woman has her blood pressure checked by her obstetrician at a routine prenatal appointment
Ilustrasi ibu hamil/ Foto: Getty Images/FatCamera

Banyak yang mengatakan, proses melahirkan adalah pertaruhan nyawa seorang perempuan, antara hidup dan mati. Bunda setuju? Tak sedikit juga lho para bunda yang mengalami trauma akibat melahirkan.

Bisa jadi, trauma itu muncul akibat melihat pengalaman melahirkan bunda lain. Seperti dijelaskan Psikolog dan Konsultan Mental, dr.Elyssa Barbash, Ph.D., trauma adalah pengalaman subjektif seseorang yang ditimbulkan dari suatu peristiwa.

"Ini sejauh mana seseorang percaya bahwa kehidupan, integritas tubuh, atau kesejahteraan psikologis dirinya terancam," kata Barbash, dikutip dari Psychology Today.

Terkait trauma melahirkan, Barbash menjelaskan, kondisi ini disebut sebagai post-traumatic stress disorder (PTSD) setelah melalui persalinan. Namun, istilah tersebut biasanya digunakan juga untuk merujuk keadaan seorang ibu yang hanya mengalami gejala PTSD.

Lantas, kenapa trauma melahirkan bisa Bunda rasakan? Barbash mengatakan, "Trauma kelahiran terjadi saat Anda mengalami ketakutan yang kuat bahwa Anda atau bayi Anda akan meninggal."

Menurut Barbash, ada 9 kondisi yang bisa menyebabkan Bunda mengalami trauma melahirkan, yakni:

1. Bunda kehilangan banyak darah saat melahirkan.

2. Operasi caesar darurat karena detak jantung bayi tiba-tiba turun.

3. Forceps, yakni alat seperti sepasang sendok penjepit besar untuk membantu mengeluarkan bayi saat persalinan.

4. Rasa sakit yang intens atau bahkan ekstrem.

5. Peningkatan intervensi medis untuk menyelamatkan bayi dan ibu.

6. Bayi lahir cacat akibat kelahiran traumatis.

7. Kelahiran bayi tak diprediksi atau lebih awal.

8. Bayi dirawat di NICU setelah dilahirkan.

9. Kelahiran mati.

Apakah pengalaman di atas pasti menimbulkan trauma? Barbash meyakini, "Beberapa wanita yang pernah mengalami persalinan traumatis mungkin tidak menyebut pengalaman itu sebagai trauma."

Nah, bisakah pengalaman traumatis itu dicegah? Bunda lihat penjelasan di halaman berikutnya ya?

Simak juga perjuangan Angie 'Virgin' melahirkan di London, Inggris, dalam video Intimate Interview di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]

Banner Tanaman Hias AlokasiaBanner Tanaman Hias Alokasia/ Foto: Mia Kurnia Sari

BAGAIMANA MENCEGAH TRAUMA MELAHIRKAN?

A pregnant woman has her blood pressure checked by her obstetrician at a routine prenatal appointment

Ilustrasi ibu hamil/ Foto: Getty Images/FatCamera

Seperti dijelaskan Psikolog dan Konsultan Mental, dr.Elyssa Barbash, Ph.D., beberapa bunda yang pernah mengalami persalinan traumatis mungkin tidak menyebut pengalaman itu sebagai trauma. Ini bisa disebabkan oleh disonansi kognitif atau perasaan tidak nyaman saat menghadapi dua kondisi berbeda.

Barbash menyarankan, sebaiknya Bunda tidak menghindari atau menyangkal pengalaman traumatis karena bisa memperparah gejala trauma. Bahkan, kemungkinan besar akan mengarah pada gangguan psikologis jangka panjang.

"Penghindaran adalah faktor utama penyebab trauma atau PTSD. Ada banyak penyembuhan yang harus dilakukan setelah melahirkan traumatis," ujarnya.

Nah, kalau sulit untuk menghindar atau menyangkal, apakah bisa mengurangi risiko trauma melahirkan? Lebih jelasnya, Bunda simak langsung penjelasan Founder Melahirkan Metode Tiup-tiup, Bidan Novel, di event Bumil Time yang tayang secara live streaming di HaiBunda.com, Sabtu (20/2/2021) mulai pukul 10.00 WIB.

Bidan Novel akan menjawab pertanyaan para bunda hamil dalam talkshow: Melahirkan Nyaman Minim Trauma. Selain itu, masih banyak lagi acara seru lainnya dan berhadiah lho! Apa saja? Yuk lihat di SINI.


(muf/muf)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda