Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Beda Morning Sickness dan Hipermesis Gravidarum, Penyebab Ibu Hamil Muntah Berlebihan

Prof. Dr. dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG-KFer   |   HaiBunda

Sabtu, 11 Jun 2022 18:00 WIB

Dokter Sisipan
Prof. Dr. dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG-KFer
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Sub Endokrinologi & Menopouse (Gangguan Hormon & Berhentinya Haid) Paruh Waktu di RS Hermina Jatinegara. Berpraktik di RS Hermina Jatinegara pada hari Senin (16.00 - 18.00 WIB dan hari Kamis (16.00 - 18.00 WIB).
Woman's Sense Of Taste Affected By Pregnancy
Hipermesis gravidarum/ Foto: Getty Images/iStockphoto/monkeybusinessimages

Mual dan muntah menjadi salah satu keluhan yang paling umum dialami di awal kehamilan. Kondisi ini sering juga disebut morning sickness atau emesis, Bunda.

Setidaknya 1 dari 5 wanita akan mengalami morning sickness di trimester pertama. Kondisi ini umumnya tak akan lama dan dapat hilang dengan sendirinya atau setelah konsumsi obat mual.

Namun, derajat mual dan muntah dapat meningkat hingga membuat ibu hamil sulit untuk makan. Pada kondisi serius, mual dan muntah dapat berlangsung lama hingga menyebabkan berat badan turun.

Hipermesis gravidarum

Mual dan muntah berat ini disebut hiperemesis gravidarum, Bunda. Dari 100 ibu hamil, sekitar 3 sampai 4 orang akan mengalami hiperemesis gravidarum. Kondisi Bumil dengan hiperemesis gravidarum harus segera ditangani secara medis agar tidak memengaruhi kondisi ibu dan janin.

Ibu hamil didiagnosis hiperemesis gravidarum bila mengalami penurunan berat badan lebih dari 5 persen disertai ketosis urine. Mual dan muntah berat ini juga dapat menyebabkan perubahan keseimbangan elektrolit, seperti natrium, kalium, dan klorida.

Hiperemesis gravidarum yang terjadi di trimester pertama umumnya hanya berlangsung sampai usia kehamilan 12 minggu. Bila tidak hilang, dokter perlu memeriksa lebih lanjut untuk mengetahui penyebab lain, seperti kemungkinan mengalami masalah tiroid, pankreas, lambung, kehamilan mola, atau hamil anak kembar.

Infografis HaiBunda Morning SicknessMorning Sickness/ Foto: HaiBunda/ Mia Kurnia Sari

Penyebab hiperemesis gravidarum

Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab hiperemesis gravidarum pada ibu hamil. Beberapa orang percaya penyebabnya dapat karena defisiensi vitamin B6.

Namun, penyebab paling dekat dari penelitian berhubungan dengan faktor hormonal, yakni meningkatnya hormon hCG (human chorionic gonadotropin) di awal kehamilan.

Hormon hCG akan naik di trimester awal kehamilan, namun hormon ini akan menurun. Seiring penurunan hCG, biasanya keluhan mual dan muntah juga akan menghilang dengan sendirinya.

Diagnosa hipermesis gravidarum melalui skor PUQE

Skor PUQE untuk menilai derajat mual dan muntah saat hamil

Bunda dapat menilai kondisi mual dan muntah selama hamil dengan skor PUQE (pregnancy unique quantification of emesis and nausea). PUQE merupakan sistem skoring yang digunakan untuk menilai berat atau tidaknya mual dan muntah yang dialami Bunda selama hamil.

Ada tiga pertanyaan dengan skor 1 sampai 5 untuk menilai keluhan. Berikut PUQE score untuk menilai derajat mual dan muntah selama hamil:

tabel Puqe untuk mengukur derajat hipermesis gravidarum


Skor PUQE dari setiap pertanyaan kemudian dijumlahkan. Berikut interpretasi skor PUQE untuk menilai mual dan muntah selama kehamilan:

- Nilai 3-6 = derajat ringan
- Nilai 7-12 = derajat sedang
- Nilai >13 = derajat berat

Bila nilai sudah >13, artinya Bumil sudah mengalami hiperemesis gravidarum.

Gejala hipermesis gravidarum

Selain dari penilaian skor PUQE, gejala hiperemesis gravidarum juga dapat dilihat dari mual dan muntah yang disertai:

  1. Kesulitan makan
  2. Tidak bisa tidur
  3. Berat badan turun
  4. Urine kental
  5. Suhu tubuh naik (demam)
  6. Muntah darah.

Bunda juga harus tahu apa saja faktor risikonya hingga pencegahan hipermesis gravidarum. Buka halaman selanjutnya ya!

Simak juga tanda-tanda mual karena hamil dan bedanya dengan sakit maag dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]




CARA MENANGANI MORNING SICKNESS AGAR TAK MENJADI HIPERMESIS GRAVIDARUM

ilustrasi morning sickness

Hipermesis gravidarum/ Foto: iStock

Faktor risiko

Ada beberapa kondisi yang membuat ibu hamil lebih berisiko mengalami hiperemesis gravidarum, yakni:

  • Baru pertama kali hamil
  • Hamil anak kembar
  • Memiliki riwayat keluarga yang pernah mengalami hiperemesis gravidarum
  • Mengalami hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya
  • Mengalami hamil anggur atau mola
  • Sering mengalami migrain
  • Mudah stres

Dampak hiperemesis gravidarum

Hiperemesis gravidarum yang tidak segera ditangani bisa mengganggu keberlangsungan kehamilan. Tak cuma mengganggu perkembangan janin karena tidak mendapatkan nutrisi, ibu hamil juga bisa terkena dampaknya.

Pada kondisi hiperemesis gravidarum, ibu hamil dapat mengalami dehidrasi karena kekurangan cairan. Dampak buruk lainnya adalah kehilangan berat badan, gangguan fungsi ginjal, gangguan elektrolit, syok hipoglikemia, hingga hilang kesadaran.

Diagnosis dan tata laksana hiperemesis gravidarum

Diagnosis hiperemesis gravidarum dapat dilihat dari skor PUQE dan pemeriksaan medis untuk mencari penyebab. Misalnya, apakah mual dan muntah yang dialami ibu hamil ada hubungannya dengan penyakit lain, seperti hepatitis, kehamilan kembar, kehamilan anggur, atau stres psikologis.

Kemudian, dokter akan mengulik riwayat keluarga dan keluhan serupa pada kehamilan sebelumnya. Bila Bunda pernah mengalami hiperemesis gravidarum, sebaiknya sudah bersiap untuk mengalaminya kembali di kehamilan berikutnya serta mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Selama menjalani perawatan, Bunda dengan hiperemesis gravidarum akan mendapatkan cairan melalui infus. Bila kurang gula, Bunda akan mendapatkan larutan yang mengandung gula. Jika kekurangan elektrolit, maka Bunda akan mendapatkan elektrolit, misalnya kalium atau natrium.

Cairan dan elektrolit ini diberikan sampai kondisi stabil. Selama diinfus, Bunda akan berhenti makan bila kesulitan menerima asupan karena mual dan muntah. Pemberian obat anti mual juga akan diberikan untuk menurunkan asam lambung.

Selain menunggu kondisi stabil, dokter akan memantau volume urine yang keluar untuk melihat tanda dehidrasi. Bila urine tidak keluar, Bunda perlu penanganan lebih lanjut karena kemungkinan mengalami ketosis.

Ibu hamil yang tidak mengalami perbaikan kondisi setelah dirawat akan menjalani pemeriksaan lanjutan, seperti pada liver.

Mencegah hiperemesis gravidarum

Hiperemesis gravidarum dapat dicegah di awal kehamilan, Bunda. Berikut caranya:

  1. Konsultasi dengan dokter dalam perencanaan kehamilan, terutama yang memiliki riwayat keluhan serupa di kehamilan sebelumnya.
  2. Menghindari faktor-faktor pencetus, seperti stres, berat badan kurang atau berlebih.

Cara menangani morning sickness agar tak picu hipermesis gravidarum

Sebelum morning sickness berubah menjadi hiperemesis gravidarum, Bunda sebaiknya tetap makan dalam porsi kecil, tetapi sering ya. Jangan lupa untuk penuhi asupan cairan agar tak dehidrasi.

Mual dan muntah pada kondisi morning sickness juga bisa diatasi dengan pijat di titik acute pressure. Sementara untuk meredakan gejala, ibu hamil dapat minum air jahe hangat atau minum obat anti mual.

Bila keluhan mual dan muntah sudah parah, hingga ibu hamil tidak mau makan dan terjadi penurunan berat badan, segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan.

Jangan menunda kontrol kehamilan untuk penanganan morning sickness maupun hipermesis gravidarum.


(rap/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda