Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Pneumonia Anak Kembali Melonjak, Banyak Menyerang Usia di Bawah 6 Bulan

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Jumat, 28 Jan 2022 11:54 WIB

Anak sakit
Ilustrasi Anak Sakit Pneumonia/ Foto: iStock

Pneumonia pada anak masih menjadi momok menakutkan di masa pandemi ini, Bunda. Pneumonia bisa terjadi karena infeksi virus COVID-19. Gejala sakitnya pun disebut mirip dengan COVID-19.

Pneumonia pada anak telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2017, 15 persen dari kematian anak di bawah 5 tahun atau 5,5 juta disebabkan pneumonia.

Baru-baru ini, Dokter Spesialis Anak, dr. Arifianto, Sp.A(K) menyampaikan tentang kondisi terkini pneumonia anak di DKI Jakarta. Pria yang akrab disapa dokter Apin ini menjelaskan adanya peningkatan kasus pneumonia anak selama beberapa pekan terakhir.

"Kasus pneumonia pada anak meningkat beberapa pekan terakhir. Setidaknya ini yang saya dan teman-teman sejawat dokter anak alami. Sejauh ini, yang kami rawat masih negatif semua PCR SARS-COV2 nya. Tapi ada beberapa pelajaran yang ingin saya bagikan," tulis dokter Apin, dikutip dari Twitter @dokterapin, Selasa (25/1/22).

Banner Skincare Penghilang Flek HitamFoto: HaiBunda

Dalam cuitannya, dokter Apin mengatakan bahwa mayoritas anak dengan pneumonia yang dirawatnya berusia di bawah 6 bulan. Kasus ini ditemukan pada pasien yang dirawatnya di rumah sakit di DKI Jakarta.

Pasien anak dengan pneumonia ini ternyata belum sempat mendapatkan vaksin DPT kombo dosis pertama, Bunda. Dokter Apin pun menghimbau para orang tua untuk cepat bertindak melakukan pencegahan pneumonia dengan vaksinasi anaknya.

"Mayoritas pneumonia yang saya rawat di RS kami (di DKI), usianya < 6 bulan. Bahkan ada yang baru berusia 2-3 bulan. Mereka belum sempat dapat vaksin DPT kombo dosis pertama, karena belum usianya, sudah keburu sakit. Inilah pentingnya vaksinasi tepat waktu," ujarnya.

"Begitu bayi baru lahir, langsung berikan vaksin Hepatitis B. Lanjut dengan polio dan BCG. Tepat usia 2 bulan, berikan vaksin DPT kombo (plus Haemophilus influenza B/Hib dan HepB). Jangan terlambat! Dan lanjutkan dosis ke-2 dan 3 tepat waktu. Penting mencegah pneumonia!"

Dalam unggahannya, dokter Apin juga menjelaskan jenis vaksin yang digunakan untuk mencegah pneumonia pada anak. Beberapa di antaranya adalah vaksin DPT (difteri, pertusis, dan tetanus), Hib (Haemophilus influenzae type b), dan PCV (pneumococcal conjugate vaccine).

"Vaksin DPT mencegah pneumonia akibat pertussis. Ada tambahan vaksin Hib untuk mencegah pneumonia akibat bakteri Hib. Tambahkan dengan vaksin PCV untuk mencegah pneumonia akibat bakteri pneumokokus. Vaksin PCV disediakan pemerintah di beberapa provinsi. Berikan lengkap 4 dosis," katanya.

Selain bicara tentang kasus pneumonia anak di DKI Jakarta, dokter Apin juga menjelaskan tentang faktor risiko penyakit ini pada anak. Simak penjelasan lengkap di halaman berikutnya ya.

Simak juga cara mengatasi demam pada anak menurut dokter, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

FAKTOR RISIKO PNEUMONIA ANAK MENURUT DOKTER APIN

Anak sakit

Foto: Getty Images/iStockphoto/didesign021

Dokter Apin menjelaskan tentang pentingnya melakukan vaksinasi rutin untuk cegah pneumonia pada anak. Ini termasuk vaksinasi COVID-19 untuk anak usia 6 tahun ke atas ya, Bunda.

Selain itu, dokter yang juga penulis buku Seri Sehat Bersama Dokter Apin ini juga menjelaskan tentang faktor risiko pneumonia pada anak. Berikut 3 faktor risikonya:

1. Paparan asap rokok

Faktor risiko bermakna pneumonia anak adalah paparan asap rokok. Faktor lingkungan ini bisa meningkatkan risiko anak sakit dan dirawat karena pneumonia, Bunda.

"Bayi-bayi yang saya rawat tinggal di lingkungan rumah dengan jumlah perokok > Mereka menzalimi bayi-bayi ini! Stop merokok!" tulisnya.

2. Masalah sosial

Menurut dokter Apin, masalah sosial sebagai faktor risiko ini bisa disebabkan karena memiliki anak di bawah umur. Meski tidak menjadi mayoritas penyebab, pasangan yang tidak siap melahirkan membuat anak tumbuh dengan literasi kesehatan yang rendah.

"Di luar kasus pneumonia anak yang saya bahas ini pun, masih dijumpai kehamilan di bawah umur dari hubungan seks tanpa pernikahan. Kami sebagai dokter anak yang harus menghadapi bayi-bayi yang dibesarkan oleh mereka yang belum siap menjadi orangtua," ujarnya.

3. Tidak mendaparkan ASI eksklusif

Pemberian ASI eksklusif telah terbukti secara ilmiah mampu mengurangi risiko berbagai penyakit infeksi pada bayi, termasuk pneumonia. Beberapa bayi yang dirawat karena penyakit ini ternyata tidak menerima ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupannya, Bunda.

Baca halaman berikutnya untuk mengetahui lebih lanjut tentang pneumonia pada anak ya.

GEJALA PNEUMONIA ANAK YANG PERLU DIWASPADAI

Anak sakit

Ilustrasi Anak Sakit Pneumonia/ Foto: Getty Images/iStockphoto/simonkr

Pneumonia merupakan peradangan paru akut yang disebabkan oleh infeksi, bisa disebabkan oleh bakteri atau virus. Demikian seperti mengutip laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Pneumonia pada anak dapat dideteksi dengan melihat gejalanya, Bunda. Gejala pneumonia pada anak adalah batuk, demam, napas menjadi cepat, tampak kesulitan menarik napas, atau tampak tarikan dinding dada saat bernapas. Bila menemukan gejala-gejala tersebut, maka Bunda harus waspada anak terkena pneumonia dan segera bawa ke Fasilitas Kesehatan terdekat ya.

"Jika dapat ditangani oleh Tenaga Kesehatan dengan segera, maka umumnya akan menunjukkan respon yang baik dan bisa sembuh," demikian penjelasan IDAI.

Pneumonia pada anak bisa dicegah. Selain imunisasi lengkap, jangan lupa berikan anak makanan bergizi tinggi dan keluarga juga perlu menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).


(ank/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda