Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

7 Penyebab Anak GTM dan Cara Mengatasinya, Bunda Perlu Tahu

Muhayati Faridatun   |   HaiBunda

Kamis, 17 Dec 2020 15:05 WIB

Little Girl refusing to eat healthy lunch/snack of fruit and drink her milk
Ilustrasi penyebab anak GTM dan cara mengatasinya/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Sasiistock

Anak GTM alias melakukan gerakan tutup mulut memang bikin resah ya, Bunda. Kadang sudah putar otak menyajikan berbagai makanan, Si Kecil tetap enggak mau makan.

Ya, hampir setiap anak pernah melakukan GTM atau mogok makan. Berbagai alasan mereka katakan dan Bunda sampai kehabisan cara membujuknya untuk makan. Apalagi kalau Si Kecil belum bisa bicara, pasti bingung deh cari tahu penyebabnya.

Bunda juga makin cemas kalau anak GTM sampai berhari-hari. Bagaimana ya dengan kecukupan gizi dan nutrisi Si Kecil? Dijelaskan dokter spesialis anak Dr. dr.Aryono Hendarto, Sp.A(K)., MPH, kalau anak GTM beberapa hari, Bunda enggak perlu khawatir.

"Tapi, kalau sampai berminggu-minggu, sudah saatnya mencari penyebab dan solusinya," kata dokter Aryono kepada HaiBunda, beberapa waktu lalu.

Dokter yang menjabat Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM, Jakarta, ini menambahkan, anak-anak yang mogok makan dalam jangka lama pasti berpengaruh pada kecukupan nutrisinya. Pengaruh GTM berkepanjangan akan terlihat setelah 6 bulan kemudian, Bunda.

Tapi, jangan tunggu sampai 6 bulan ya. Bunda sebaiknya segera memeriksakan anak ke dokter untuk mengatasi GTM berkepanjangan tersebut. Karena perlu Bunda tahu, GTM tak selalu menyebabkan anak jadi kurus.

Sebaliknya, anak terlihat gemuk belum tentu gizi mikronya tercukupi. Dalam beberapa kasus ditemui anak gemuk malah kadar sel darah merah (hemoglobin) dalam darah rendah. Ini justru mengindikasi anak kekurangan zat gizi mikro yakni zat besi.

Bunda perlu waspada nih. Apalagi saat anak GTM berkepanjangan, dokter Aryono menyarankan untuk mengetahui apa saja penyebabnya. Lalu, bagaimana cara mengatasinya?

Yuk, klik BACA HALAMAN BERIKUTNYA.

Simak juga dampak buruk anak enggak sarapan, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

Banner tanaman hias tropis

Penyebab anak GTM

Little Girl refusing to eat healthy lunch/snack of fruit and drink her milk

Ilustrasi penyebab anak GTM dan cara mengatasinya/ Foto: Getty Images/iStockphoto/StephaMW

Penyebab anak GTM

Pengalaman Bubun, anak kedua lebih sering GTM dibanding Si Kakak. Bocah laki-laki ini pasti menolak kalau diminta makan sayuran dan buah-buahan. Mulut rapat plus ditutupi tangan, lalu menjauh sambil berteriak.

"Nggak sukaaaaa....." ucapnya.

Berbagai cara sudah Bubun lakukan, seperti mencontohkan saat kita makan, atau melihat Si Kakak melahap sayur dan buah, tetap enggak mempan. Kadang putus asa juga bagaimana cara membujuknya untuk makan, atau paling tidak mencicipi sayur dan buah.

Nah, dijelaskan dokter Aryono, ada beberapa penyebab anak GTM atau mogok makan, yakni:

1. Anak bosan

Selama pandemi Corona (COVID-19), anak pasti lebih banyak di rumah. Aktivitas mereka jadi terbatas dan berisiko kalau main di luar rumah. Inilah salah satu yang menyebabkan anak bosan dan bisa merembet ke nafsu makan jadi berkurang. Terbatasnya interaksi di luar rumah bisa membuat anak tak tertarik menyentuh makanannya.

2. Orang tua merusak aturan pemberian makan

Bunda mungkin enggak sadar saat merusak aturan pemberian makan, misalnya saat anak masih menyusu lalu melakukan GTM. Bunda kadang berpikir lebih baik memberinya susu daripada membiarkan perutnya kosong. Inilah yang bisa merusak aturan pemberian makan (feeding rules), sehingga anak lebih memilih ASI.

3. Picky eater

Dikatakan dokter Aryono, anak usia 1 hingga 3 tahun sebenarnya normal kalau picky eater. Kenapa? Anak yang tergolong picky eater hanya menolak satu kelompok makanan saja. Artinya, masih ada makanan lain yang mau dia makan.

Contohnya, di kelompok karbohidrat, anak enggak mau makan nasi dan bikin Bunda khawatir. Padahal, tidak ada aturan yang mengharuskan kita makan nasi setiap hari. Bisa lho diganti dengan sumber karbohidrat lain seperti jagung, sagu, atau roti.

"Anak tetap dapat tumbuh baik dan cerdas. Ingat, yang tidak boleh adalah tidak makan karbohidrat sama sekali," ujar dokter Aryono.

4. Selective eater

Ini adalah kondisi anak hanya mau makan satu kelompok makanan saja. Misal, maunya makan protein saja atau karbohidrat saja. Bunda dan Ayah perlu waspada nih, karena anak selective eater tergolong tidak normal. Sementara, untuk kecukupan gizi dan nutrisi, anak harus mengonsumi empat kelompok yakni karbohidrat, protein, sayur dan buah, susu.

5. Kebiasaan orang tua

Penelitian membuktikan, selera makan orang tua berpengaruh pada menu yang disajikan untuk anak. Hmmm, Bunda setuju enggak nih? Sebaiknya, orang tua memahami selera makan anak, yang bisa saja berbeda dengan kita.

6. Orang tua tak paham fungsi peran dalam pemberian makan

Bunda perlu tahu, orang tua atau pengasuh punya tugas masing-masing, sementara pemberian makan ke anak melibatkan interaksi antara si pemberi makan dan penerima makan. Kita juga harus paham, anak yang menentukan seberapa banyak porsinya dan kapan dia mau makan. Jadi, kita harus menyesuaikan kebutuhan anak.

7. Neophobia

Hati-hati, Bunda, kalau mau mencoba memberikan makanan baru ke anak. Ini untuk menghindari neophobia yakni anak takut menelan makanan baru karena belum pernah mencobanya. Jadi, Bunda enggak bisa memaksa anak untuk makan makanan baru itu. Supaya enggak trauma, berilah makanan yang dia suka.

Nah, setelah tahu apa saja penyebab anak GTM, yuk simak cara mengatasinya. Klik ya BACA HALAMAN BERIKUTNYA.

Cara mengatasi anak GTM

A cute young boy looking at the vegetables on his table while holding a piece of broccoli on his fork

Ilustrasi penyebab anak GTM dan cara mengatasinya/ Foto: Getty Images/PeopleImages

Cara mengatasi anak GTM

Dengan tahu penyebab anak GTM, Bunda tentu berharap bisa lebih mudah mengatasinya. Perlu diingat, saat meghadapi anak mogok makan, harus benar-benar disesuaikan dengan kondisinya untuk mencegah anak trauma karena dipaksa.

Disarankan dokter Aryono, berikut 9 strategi menghadapi anak GTM:

1. Jadwal makan teratur

Bunda perlu membuat jadwal makan secara teratur. Jangan tunggu anak sampai merengek, apalagi menjerit, baru diberi makan. Catat ya, anak di atas 1 tahun harus makan utama sebanyak 3 kali, 2 kali makan kecil atau snack, ditambah ASI apabila mencukupi, atau susu 2 - 3 kali sehari.

2. Lingkungan makan menyenangkan

Lingkungan yang menyenangkan bisa memengaruhi selera makan anak lho, Bunda. Misal, makanan disajikan dalam piring berbentuk lucu, bergambar, dan warna-warni. Ajak anak makan bersama dalam satu meja dan biarkan dia makan sendiri, meskipun akan berantakan. Ingat ya, Bunda, jangan mengatasi GTM dengan mengalihkan perhatian anak pada mainan, televisi, atau gadget.

3. Anak tak dipaksa

Kalau anak tidak selera makan, menutup mulut, menoleh, mengalihkan kepala, atau bahkan menangis, sebaiknya Bunda jangan memaksa. Kita harus netral atau pelan-pelan saja membujuknya. Hindari juga memberi iming-iming hadiah ya, misal merayunya dengan biskuit.

"Ambil jeda waktu 10 hingga 15 menit. Kalau anak masih tidak mau, lebih baik berhenti," ujar dokter Aryono.

4. Identifikasi

Bunda harus cermati saat anak GTM atau mogok makan. Indentifikasi apakah ada tanda bahaya atau red flag, yang biasanya berhubungan dengan penyakit. Misal, ada gangguan pencernaan, bisa juga terkait sistem pernapasan, atau penyakit bawaan. Kalau anak muntah, diare berulang, atau mengalami infeksi, sebaiknya konsultasi ke dokter dan segera ditangani penyebabnya.

5. Perhatikan kuantitas dan kualitas makanan anak

Berat badan anak naik ternyata belum tentu baik, Bunda. Ini belum bisa jadi patokan anak sehat karena bisa saja makronutrien (karbohidrat, protein, lemak) cukup, tapi mikronutrien tidak tercukupi. Pemberian makan harus sesuai tahap perkembangan anak, yang berkaitan dengan feeding rules, dan penyajian makan harus higienis.

6. Batasi waktu makan anak selama 30 menit

Penelitian menunjukkan, anak akan hilang konsentrasi kalau makan lebih dari 30 menit pertama. Ini karena anak memiliki jiwa bermain, Bunda. Pemberian makan lebih dari 30 menit ini biasanya enggak berhasil mengatasi anak GTM. Jadi, lebih baik berhenti jika anak sudah menolak atau GTM sebelum 30 menit.

7. Jangan menyerah mengenalkan makanan

Kadang, orang tua menyerah atau takut mengenalkan makanan baru ke anak. Ini karena khawatir anak menolak dan jadi trauma. Padahal, penelitian membuktikan, untuk mengenalkan makanan baru perlu pengulangan 10 - 15 kali. Sedangkan untuk anak usia 4 - 5 tahun, perlu 8 - 10 kali pengulangan.

8. Makanan instan sebagai alternatif

Dikatakan dokter Aryono, anak di bawah usia setahun enggak masalah diberi makanan instan, yang tercatat sudah melewati uji BPOM. Produsen sudah tahu aturan kesehatan untuk membuat MPASI tanpa pengawet, perasa, dan penyedap.

"Sepanjang pabrikannya jelas, tidak masalah," ujarnya.

Makanan instan juga sudah melewati proses fortifikasi dengan takaran gizi yang disesuaikan. Sehingga, aman sebagai makanan alternatif saat anak mulai bosan makan MPASI rumahan.

9. Pemberian suplemen

Bunda perlu hati-hati kalau ingin memberi anak tambahan suplemen. Dokter Aryono mengingatkan, sebaiknya diberikan suplemen dengan kandungan yang sudah diketahui. Kalau suplemen mengandung vitamin dan mineral, masih boleh diberikan tapi harus sesuai kebutuhan anak.

Jangan pernah memberikan produk suplemen yang enggak jelas bahan atau kandungannya, apalagi tidak mencantumkan angka gizinya. Nah, apakah pemberian suplemen bisa membantu mengatasi anak GTM?

"Pemberian suplemen sebaiknya dilakukan apabila GTM sudah berlangsung agak lama, atau lebih 6 bulan," saran dokter Aryono.

Nah, setelah tahu penyebab dan cara mengatasi anak GTM, Bunda bisa mencoba menerapkan. Kalau ingin lebih jelas lagi dan konsultasi langsung ke dokter, yuk klik di SINI.


(muf/muf)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda